Hindu Menyumbang Berbagai Bidang Keilmuan

1411

Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND

Hindu Menyumbang Berbagai
Bidang Keilmuan*)

Oleh : IBG. Agastia
I
Umat beragama memang menghadapi tantangan-tantangan yang begitu besar dalarn menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini. Bagi umat beragama persoalannya antara lain adalah bagaimana menghubungkan dirinya sendiri dengan perubahan yang besar dan mendesak di zaman kita ini, yaitu yang berupa usaha melenyapkan kemiskinan, kebodohan dan penghinaan, perjuangan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, munculnya struktur masyarakat baru, dan datangnya perubahan yang berkesinambungan, dan bagaimana umat beragama dapat membangun peradaban yang kaya-raya dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Sejauh mana umat Hindu dapat menghadapi tantangarl-tantangan yang besar itu dan selanjutnya dapat berperan dalam pembangunan umat manusia dan bangsa khususnya, adalah tergantung dan kualitas umatnya yang mampu menjabarkan ajaran agamanya sehingga dapat memberikan “makna” dalam perjalanan sejarahnya.

Dalam konteks kebangsaan kita, dilihat dan perspektif sejarah, peran yang diberikan oleh umat Hindu sangatlah berarti. Kehadiran dan peran agama Hindu terproses dalam millenium pertama terlihat telah memberikan penganth peradaban pada peningkatan beberapa etnik di Indonesia, dan yang sangat bermakna terlihat pada millenium kedua, ialah dengan munculnya negara nasional Majapahit yang telah membangun peradaban yang menjadi dasar perkembangan masyarakat Indonesia sekarang ini. Selanjutnya millenium ini agama Hindu diharapkan dapat berperan lebih besar dalam membangun masyarakat yang maju sesuai dengan perkembangan zaman.

Agama Hindu dengan kitab sucinya Weda-Weda, mempunyai akar yang sangat mendalam ribuan tahun sebelum Masehi, memang telah berulang-ulang menghadapi perubahan-perubahan zaman dan ternyata selalu muncul dengan tenaga baru yang lebih besar lagi, disebabkan karena mempunyai landasan-landasan berupa manifestasi dan kebenaran yang abadi (sanatana dharma). Jadi mempunyai sumber nilai-nilai spiritual yang kaya raya diwariskan sejak ribuan tahun sampai sekarang dalam berbagai bentuk tradisi yang hidup dalam masyarakat yang terbuka untuk reinterpretasi, revitalisasi dan regenerasi.
II
Kitab suci agama Hindu adalah Weda-Weda. Weda berarti “pengetahuan suci” (divine knowledge). Weda-Weda diturunkan adalah dalam rangka melenyapkan kebodohan (awidya) umat manusia. Maka tujuan utama dan Weda-Weda adalah meningkatkan pengetahuan rohani umat manusia dengan widya agar mempunyai penglihatan dan pandangan yang bijaksana, yaitu suatu

pembaharuan, peningkatan kejiwaan manusia serta rohani manusia, mencapai tingkat pengertian yang tinggi (Sat Cit Ananda).

Dengan diturunkannya WedaWeda maka agama Hindu memberikan sumbangan yang besar bagi peradaban umat manusia. Sebagai contoh dihadirkannya angka 0 (nol, sunya) yang menjadi sangat penting bagi tiap studi yang lebih dalam di dalam ilmu pengetahuan yang sangat abstrak. Kemudian sumbangan yang diberikan oleh agama Hindu bagi ilmu pengetahuan adalah ilmu pengobatan yang disebut Ayur Weda (di Indonesfa disebut Usadha), ilmu arsitektur (silphasastra/sthapatya Weda), ilmu tan dan musik (gandharwa Weda/natya sastra), ilmu militer (dhanur Weda) dan juga ilmu pemerintahan dan kepemimpinan (artha sastra atau nitisastra) yang semuanva belakangan mempunyai pengaruh di dunia Barat. Di samping itu ilmu perbintangan atau astronomi (jyotisha), ilmu bahasa termasuk etimologi dan perkamusan (nirukta), tata bahasa (wyakarana), fonetik dan lafal (siksa), ilmu sastra (chanda) yang mendasari kebudayaan Hindu telah menjadi sumbangan khas bagi kebudayaan umat manusia. Akhir-akhir ini psikologi melalui yoga yang merupakan ilmu yang sangat mendalam mengenai rahasia dan pikiran manusia dan darsana (filsafat) begitu diminati oleh berbagai kalangan di seluruh dunia baik bagi kepentingan teoritis maupun praktis.

Di samping itu ungkapan-ungkapan atau motto-motto kemanusiaan yang banyak dilontarkan akhir-akhir ini menemui akarnya dalam sumber-sumber agama Hindu. Bahwa manusia memang berbeda tapi kemanusiaan ad,iIah satu, atau kehidupan dunia adalah dalam satu keluarga sesungguhnya mengambil makna dan ungkaan vasudhaiva kutumbakam (Rg Weda); bahwa ketuhanan ada dalam tiap individu, diambil dari ungkapan aham Brahmaasmi, Tat Twam asi, atau Amretsya putrah. Di samping itu pesan-pesan modern tentang lingkungan hidup seutuhnya adalah sesuai dengan pikiran-pikiran Hindu. Dalam Weda disebutkan svasti gobyo jagata purushebhyay “Semoga semua manusia, binatang buas dan burung-burung dirahmati keharmonisan dan kebahagiaan”. Karena fikiran-fikiran Hindu memiliki perhatian besar pada kesucian dan keharmonisan dunia, menemui ungkapan dalam Rg Weda:

Samanomastu vo mano yatha vah susahasati, “Semoga hatimu ada dalam kemanunggalan, semoga fikiranmu harmonis, sehingga kamu hidup bersama dalam kebahagiaan; jaya patya madhumatim vacham vadatu shantivani, “Semoga anak lelaki mengikuti jejak ayahnya, semoga ia memiliki kemanunggalan pikiran dengan ibunya, semoga isteri berbicara dengan suaminya dengan suara lembut, manis laksana madu”. Ungkapan-ungkapan tersebut tentu dapat kita perpanjang lagi.

Dalam menghadapi globalisasi, dan bersamaan dengan itu diperlukan suatu etika global (global ethic) maka landasan etika Hindu seperti ahimsa (don’t kill) dan astenya (don’t steal) (bagian dan konsepsi Pancayama brata) mendapat tempatnya yang tepat. Dalam pertemuan Parlemen Agama-Agama Sedunia pada tahun 1993 di Amerika Serikat, kedua konsepsi itu yakni ahimsa (tidak menyakiti, tidak membunuh) dan astenya (tidak mencuri, tidak korupsi, tidak memanipulasi) dijadikan etika global. Dengan demikian ungkapan berikut menjadi prinsip universal :

ahimsa paramodharmah (tanpa kekerasan adalah bentuk tertinggi dan agama), dan sarve santu nirarnayah (biarkan semuanya ada dalam keadaan selamat di dunia ini).

Dengan demikian kapasitas untuk menyeimbangkan, harmonisasi adalah konsep-konsep karakteristik dan agama Hindu, yang membawa benih benih peradaban dunia yang akan datang, yang dan sudut ideal akan menyatukan tradisi-tradisi yang terbaik dan peradaban dunia dan kebudayaan kebudayaan nasional menjadi sintesa yang harmonis dan bersinar, sehingga setiap kebudayaan tetap tumbuh sesuai denganjati dirinya. Relevansinya sangat nyata dalam konteks ke-Indonesiaan, negeri yang kaya dengan budaya daerah, negara kesatuan yang memiliki pluralisme budaya, negeri yang memith motto bangsa: “Bhinneka tunggal ika”.

Betapapun juga, kita semua khususnya para intelektual dan mahasiswa dalam peranannya sebagai duta dharma diharapkan memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan utuh tentang ajaran agama Hindu. Dan bersamaan dengan itu mampu melihat nilai-nilai universal yang dapat disum bangkan bagi dunia ilmu pengetahuan. Dalam konteks pengabdiannya kepada masyarakat kiranya para intelektual dan mahasiswa Hindu senantiasa dapat melestarikan dan menumbuhkan terus budaya spiritual, sehingga vitalitas spiritual senantiasa dapat terjaga dan tumbuh berkembang. Hal ini kita tegaskan karena sebagaimana kita ketahui bersama, nilai-nilai material dan biologikal semakin merebak di kalangan masyarakat kita, ditandai dengan semakin menjadi-jadinya sekularisme dan materialisme, dan melemahnya nilai-nilai moral dan spiritual. Sedang kan menurut kita, ditandai dengan semakin menjadi-jadinya sekularisme dan materialisme, dan melemahnya nilai-nilai moral dan spiritual. Sedang kan menurut kita adalah bahwa nilai nilai spiritual adalah saka-guru semua nilai yang ada. Nilai-nilai intelektual seperti kejernihan berfikir, kepandaian, keyakinan akan kemampuan sendiri; nilai-nilai biologis seperti kesehatan, kekuatan dan vitalitas fisik, serta nilai nilai material seperti kekayaan dan kepemilikan, jumlah yang banyak dan sebagainya menduduki tempat di bawahnya dan berfungsi mendukung dan menegakkan nilai-nilai spiritual yang menjadi poros intinya.
III
Pada kesempatan ini kami juga ingin menjelaskan konsepsi catur asrama dalam hubungannya dengan catur purusa-artha dan catur marga. Agama Hindu mengajarkan kepada setiap orang untuk mencapai keempat purusa-artha (empat tujuan) dalam hidup, yaitu dharma, artha, kama dan moksa, yang merupakan pemenuhan sesungguhnva dari kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan hidup itu, empat jalan yoga yaitu bhakti, karma, jnana dan raja-yoga telah dirumuskan secara mendalam di dalam Bhagawad gita.

Untuk membuat seseorang mengalami pencerahan dan berbudaya, berbagai samskara seperti pelaksanaan yajna, perayaan festival, penyelenggaraan ritual daur hidup (bayi dalam kandungan, bayi baru lahir, naik dewasa, perkawinan, dll.), membaca kitab-kitab suci dan sebagainya telah diperkenalkan dalam masyarakat Hindu.

Tahapan kehidupan setiap individu telah pula dibagi ke dalam empat asrama, yaitu brahmacharya, grahasta, wanaprastha dan sanyasin, yang dapat dikatakan sebagai sumbangan praktis bagi perkembangan fikiran manusia dan Ă©volusi manusia dan masyarakatnya. Memperhatikan Seluruh konsep-konsep tersebut kita dapat mengetahui adanya nilai spiritual yang mendasarinya, yaitu dharma.

Catur asrama dengan demikian adalah tahapan pendakian spiritual. Agama Hindu memang mengajarkan tentang proses kemajuan spiritual di alam semesta liii, dan hal itu menjadi prinsip dalam perencanaan perkem bangan hidup manusia. Dalam agama Hindu proses ini adalah evolusi, dan lembaga-lembaga sosial Hindu semua nya memungkinkan adanya proses perkembargan kehidupan manusia menuju kesempurnaan dan evolusi jiwanya.

Agama Hindu mengajarkan apa yang disebut karma, hukum sebab akibat, dengan hukum ini setiap individu menciptakan nasib mereka sendiri dengan fikiran, perkataan dan perbuatari. Umat Hindu percaya bahwa jiwa itu abadi dan lahir berulang-ulang (punarjanma, punarbhawa) hingga semua buah karma itu dipetik oleh manusia dan akhirnya mencapai moksa, pencapaian realisasi Tuhan. Dharma adalah landasan semua tindakan, maka muncullah ajaran swa-dharma, yaitu perlunya konsentrasi dan dedikasi pada pilihan kerja tertentu.

Ajaran tersebut menghapuskan ketakutan pada kematian bagi umat Hindu sebagai kontras terhadap panda ngan pemikiran sementara orang yang percaya pada sorga atau mereka yang permanen setelah kematian.

Apabila kita berbicara tentang pendidikan agama, maka esensinya ada disini. Bahwa pendidikan agama Hindu hendaknva dapat mengantarkan umat Hindu pada pemahaman tentang hakikat tujuan hidup dan nilai hidup. Dan tujuan hidup yang tertinggi dapat dicapai dengan memasuki tahapan pendakian spiritual.

IV
Pendidikan agama Hindu di perguruan tinggi perlu diberi pembobotan, dengan mengadakan pendalaman pada aspek-aspek terurai di atas. Karena Hindu sejak awal telah mampu menyumbangkan berbagai bidang keilmuan kepada peradaban manusia, maka para intelektual dan mahasiswa Hindu pertama-tama belajar kembali dan apa yang telah disumbangkan, selanjutnya mencoba mendalami kembali aspek-aspek yang ada untuk diaktualisasikan dan disumbangkan kembali sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman.

Dalam pengabdian masyarakat, intelektual Hindu dan mahasiswa Hindu sebagai duta dharma kiranya senantiasa dapat meyakinkan masyarakat luas bahwa Hindu adalah sanatana dharma, tetapi juga manawa dharma. Sebagai manawa dharma, agama Hindu telah melahirkan pesan-pesan universal yang segar bagi seluruh umat manusia, pesan-pesan spiritual tentang lingkungan hidup dan keharmonisan, tentang kemerdekaan dan demokrasi, tentang keadilan dan kebenaran, tentang keindahan dan sebagainya.

Di samping itu intelektual Hindu dan mahasiswa Hindu hendaknya senantiasa berikhtiar untuk menyelamatkan dan melestarikan budaya spiritual, selanjutnya membangun budaya dan peradaban yang berporoskan nilai-nilai spiritual sebagaimana diajarkan oleh agama Hindu sendiri. Dengan demikian intelektual Hindu dan mahasiswa Hindu dapat berperan dalam proses pembangunan bangsa dan umat manusia.

Akhirnya kita renungkan pernyataan ini : “Saya Hindu karena Hindu yang membuat dunia ini berharga untuk dihuni”. “Saya Hindu karena itu saya tidak hanya mencintai sesama manusia, tetapi seluruh mahluk”.©WHD. No. 500 Agustus 2008.*) Disarikan dan makalah yang disajikan dalam Seminar “Hindu dan Globalisasi” tgl. 8 Agustus 2008, di Universitas Udayana Denpasar.

~ Article view : [419]