Sunday, March 16, 2025
Hostinger

Tips penggunaan tanaman obat


Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND

Apapun kebutuhan manusia, dalam memenuhinya sangat ter gantung pada lingkungan sekitarnya. Misalnya, untuk makan, tempat berteduh, pakaian, bahan bakar, obat, dan sebagainya, manusia tinggal memanfaatkan apa yang telah tersedia di alam sekitarnya . Dengan demikian, kekayaan alam di sekitar manusia sangat bermanfaat dalam menopang hidup manusia.
Oleh karena itu, perlu kiranya kekayaan alam itu dengan sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan. Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang sangat kaya dengan sumber kekayaan alam tersebut, terutama dalam bidang flora atau tumbuh-tumbuhan. Beratus bahkan beribu jenis fl ora Indonesia yang memiliki manfaat besar tersedia di tanah air Indonesia. Dari berbagai jenis tumbuhan yang dikenal dan memiliki manfaat, secara garis besar tumbuhan-tumbuhan tersebut dimanfaatkan sebagai
hal-hal berikut.
1. Tanaman pangan seperti padi, sayuran, jagung, dan lain-lain.
2. Tanaman papan seperti jati,kelapa, dan kayu-kayuan lain.
3. Tanaman sandang seperti kapas.
4. Tanaman industri seperti karet, dan lain-lain.
5. Tanaman obat seperti jahe, kayu manis, dan lain-lain.
Dalam bidang tanaman obat-obatan bangsa Indonesia telah lama
mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu
upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Berbagai jenis tanaman
obat-obatan dapat tumbuh subur di Indonesia. Bahkan antara tanaman
berkhasiat obat dan tanaman pangan terkadang sulit untuk dibedakan, sebab
tanaman biasanya memiliki khasiat kedua-duanya. Misalnya, kita mengenal
bayam, pepaya, suweg, dan apel yang merupakan tanaman pangan, tapi di
samping itu tanaman-tanaman ini memiliki kandungan kimia yang sangat
berguna dalam pengobatan berbagai penyakit.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari
adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak
pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan
Boreh Wulang Dalem dan relief Candi Borobudur yang menggambarkan
orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan
bakunya (Sukandar E Y, 2006).

A. Pengetahuan Dasar

Pengetahuan serta pemanfaatan tanaman berkhasiat obat kebanyakan
berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun
telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan mayoritas
masyarakat kita dalam pemanfaatan tanaman obat tersebut masyarakat
hanya mengetahui khasiat tanaman bersangkutan hanya berdasar kebiasaan,
tanpa tahu kandungan apa yang terdapat dalam tanaman bersangkutan.
Pemanfaatan tanaman sebagai obat atau lebih dikenal dengan obat
herbal lebih banyak terdapat di negara-negara dunia ketiga seperti halnya
Indonesia. Namun dalam perkembangannya obat herbal makin diterima
secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Bahkan kini semakin menjamur
industri farmasi yang memanfaatkan tanaman sebagai bahan utamanya
dengan istilahnya back to nature atau kembali ke alam.
Menurut catatan WHO tahun 2003, negara-negara yang banyak
memanfaatkan tanaman obat paling banyak terdapat di Afrika yang
mencapai hampir 80% dari populasi, menyusul adalah Amerika Latin sampai

Asia. Di Asia yang sangat terkenal adalah pemanfaatan ginseng China, Ginseng
Korea, jamu-jamuan di Indonesia.
Perkembangan menunjukkan bahwa pemanfaatan tanaman obat,
mulai terjadi peningkatan juga di negara-negara maju seperti Jepang,
Amerika, dan Eropa. Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan
obat herbal di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih
panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan
penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker
serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia.

WHO merekomendasi penggunaan
obat tradisional termasuk obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan dan peng obatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-
upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Kelebihan dari penggunaan obat tradisional terutama obat herbal adalah
bahwa obat tradisional relatif kecil efek sampingnya jika penggunaannya
tepat. Penggunaan tepat dalam hal ini meliputi:
1. Ketepatan jenis penyakit dengan bahan obat yang digunakan.
2. Ketepatan cara penggunaan.
3. Ketepatan dosis.
4. Ketepatan waktu penggunaan.
Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat
membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman
empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan
khasiat dan keamanan obat tradisional.

B. Menghindar Efek Samping
Walaupun kecil efek sampingnya, bukan berarti tanpa efek samping.
Obat tradisional atau herbal tetap memiliki efek samping. Efek samping
yang mungkin terjadi dapat dihindari antara lain dengan memperhatikan
beberapa hal:
1. Ketepatan bahan.
2. Ketepatan dosis.
3. Ketepatan waktu.
4. Ketepatan cara penggunaan.
5. Ketepatan informasi.
6. Ketepatan pemilihan.
7. Tanpa penyalahgunaan.

1. Ketepatan Bahan

Setiap tanaman obat memiliki khasiat tersendiri, efek terapi akan
ditentukan juga oleh penggunaan jenis bahan, penggunaan dengan jenis
bahan yang salah akan menghambat penyembuhan, begitupun sebaliknya
pengunaan bahan yang tepat akan membantu proses penyembuhan. Namun
perlu disadari tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang
kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain.
Sebagai contoh lempuyang di pasaran ada beberapa macam yang agak
sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Lempuyang emprit (Zingiber
amaricans) memiliki bentuk yang relatif lebih kecil, berwarna kuning dengan
rasa yang pahit. Lempuyang emprit ini berkhasiat sebagai penambah nafsu
makan. Jenis yang kedua adalah lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) yang
memiliki bentuk lebih besar dan berwarna kuning, jenis ini pun berkhasiat
sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang ketiga adalah lempuyang wangi
(Zingiber aromaticum) yang memiliki warna agak putih dan berbau harum.
Tidak seperti kedua jenis lempuyang sebelumnya, jenis ini memiliki khasiat
sebagai pelangsing (Sastroamidjojo S, 2001).

2. Ketepatan Dosis

Selain ketepatan jenis obat dengan penyakit yang diobati, hal yang juga
penting adalah ketepatan dosis. Tanaman obat, seperti halnya obat buatan
pabrik memang tak bisa dikonsumsi sembarangan. Ketepatan dosis akan
membantuk proses penyembuhan. Kelebihan dosis dapat menimbulkan
efek samping yang tidak diinginkan. Walau efek samping relatif kecil, namun
tetap ada.
Buah mahkota dewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan
perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Sedangkan daun mindi baru
berkhasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dalam takaran air tertentu (Suarni,
2005).
Salah satu efek samping tanaman obat dapat digambarkan dalam
tanaman Pare atau Paria (Sunda). Pare, yang sering digunakan sebagai
lalapan ternyata mengandung khasiat lebih bagi kesehatan. Pare alias
paria (Momordica charantia) kaya mineral nabati kalsium dan fosfor, juga
karotenoid. Pare mengandung alpha-momorchorin, beta-momorchorin dan
MAP30 (momordica antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti HIV-
AIDS (Grover JK dan Yadav SP, 2004), (Zheng YT, et al., 1999). Akan tetapi,
biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai aktivitas anti
spermatozoa, sehingga penggunaan biji pare secara tradisional dengan
maksud untuk mencegah AIDS dapat mengakibatkan infertilitas pada pria.
Konsumsi pare dalam jangka panjang, baik dalam bentuk jus, lalap atau
sayur, dapat mematikan sperma, memicu impotensi, merusak buah zakar
dan hormon pria, bahkan berpotensi merusak liver (Basch E, et al., 2003),
(Lord MJ, et al., 2003).
Bagi wanita hamil, sebaiknya konsumsi pare dibatasi karena percobaan
pada tikus menunjukkan pemberian jus pare menimbulkan keguguran.

3. Ketepatan Waktu Penggunaan

Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah
turun-temurun dikonsumsi dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat
baik dikonsumsi saat datang bulan (Sastroamidjojo S, 2001). Akan tetapi,
jika diminum pada awal masa kehamilan berisiko menyebabkan keguguran.
Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat tradisional
menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan.

4. Ketepatan Cara Penggunaan
Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat
di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan
perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun
kecubung jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan
sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan
keracunan/mabuk (Patterson S, dan O’Hagan D., 2002).

5. Ketepatan Telaah Informasi

Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus
informasi yang mudah untuk diakses. Informasi yang tidak didukung oleh
pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau kajian yang cukup
seringkali mendatangkan hal yang menyesatkan. Ketidaktahuan bisa
menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi bahan membahayakan.
Contohnya, informasi di media massa menyebutkan bahwa biji jarak (Ricinus
communis L) mengandung risin yang jika dimodifi kasi dapat digunakan
sebagai antikanker (Wang WX, et al., 1998). Risin sendiri bersifat toksik /racun
sehingga jika biji jarak dikonsumsi secara langsung dapat menyebabkan
keracunan dan diare (Audi J, et al., 2005), (Sastroamidjojo S, 2001)).

6. Ketepatan Pemilihan Obat untuk Indikasi Tertentu

Dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang
berkhasiat dalam terapi. Rasio antara keberhasilan terapi dan efek samping
yang timbul harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman
obat yang akan digunakan dalam terapi.
Contoh, daun tapak dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk
pengobatan diabetes. Akan tetapi, daun tapak dara juga mengandung
vincristin dan vinblastin yang dapat menyebabkan penurunan leukosit (sel-
sel darah putih) hingga ± 30%., akibatnya penderita menjadi rentan terhadap
penyakit infeksi (Bolcskei H, et al., 1998), (Lu Y, et al., 2003), (Noble RL,
1990), (Wu ML, et al., 2004)). Padahal pengobatan diabetes membutuhkan
waktu yang lama sehingga daun tapak dara tidak tepat digunakan sebagai
antidiabetes melainkan lebih tepat digunakan untuk pengobatan leukemia.

7. Tanpa Penyalahgunaan
Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudah untuk didapatkan
karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya
penyalahgunaan manfaat dari tanaman obat maupun obat tradisional
tersebut.

Contoh penyalahgunaan yang mungkin bisa terjadi:

a. Jamu peluntur untuk terlambat bulan sering disalahgunakan untuk
pengguguran kandungan. Risiko yang terjadi adalah bayi lahir cacat,
ibu menjadi infertil, terjadi infeksi bahkan kematian.
b. Menghisap kecubung sebagai psikotropika.
c. Penambahan bahan kimia obat.
C. Kesimpulan

Kesehatan sangat penting bagi kita, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa
kenyataan menunjukkan dengan berbagai pola hidup masyarakat yang
masih kurang sehat, serta penggunaan pola makan yang kurang baik,
memungkinkan timbulnya berbagai gangguan kesehatan, baik yang ringan
maupun yang relatif berat. Sementara harga obat semakin tidak terjangkau
masyarakat.

Dengan adanya kekayaan tanaman herbal atau tanaman berkhasiat
obat yang cukup melimpah serta kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan
pengobatan yang juga tak kalah tingginya akan sangat perlu bagi masyarakat
dan pemerintah untuk lebih membumikan atau lebih memasyarakatkan lagi
penggunaan dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang tanaman obat
di tanah air, baik sebagai pencegahan terhadap berbagai penyakit maupun
pengobatan.
Pengetahuan akan berbagai hal yang terkait dengan tanaman obat
akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan penggunaan tanaman
obat tersebut serta menghindari penggunaan yang tidak tepat, baik berupa
kesalahan bahan, kesalahan dosis, kesalahan waktu penggunaan, lebih
jauhnya adalah penyalahgunaan.
Dengan meningkatnya penggunaan tanaman obat, akan meningkatkan
penelitian kandungan kimia tanaman atau yang lebih dikenal dengan istilah
fi tokimia tanaman, dan mendorong munculnya industri-industri farmasi
berbasis kimia alam, yang secara tidak langsung akan merangsang gairah
petani untuk menaman tanaman obat, dan meningkatkan petani secara
ekonomis.

 

~ Article view : [5]

Related Articles


Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND
- Advertisement -

Latest Articles