Dasarata

4337

Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND

Dasarata (Sansekerta: दशरथ, IAST: Daśaratha) adalah tokoh dari wiracarita Ramayana, seorang raja putera Aja, keturunan Ikswaku dan berada dalam golongan Raghuwangsa atau Dinasti Surya. Ia adalah ayah Sri Rama dan memerintah di Kerajaan Kosala dengan pusat pemerintahannya di Ayodhya. Ramayana mendeskripsikannya sebagai seorang raja besar lagi pemurah. Angkatan perangnya ditakuti berbagai negara dan tak pernah kalah dalam pertempuran.

Masa muda

Pada saat Dasarata masih muda dan belum menikah, ia suka berburu dan memiliki kemampuan untuk memanah sesuatu dengan tepat hanya dengan mendengarkan suaranya saja. Di suatu malam, Dasarata berburu ke tengah hutan. Di tepi sungai Sarayu, ia mendengar suara gajah yang sedang minum. Tanpa melihat sasaran ia segera melepaskan anak panahnya. Namun ia terkejut karena tiba-tiba makhluk tersebut mengaduh dengan suara manusia. Saat ia mendekati sasarannya, ia melihat seorang pertapa muda tergeletak tak berdaya. Pemuda tersebut bernama Srawana. Ia mencaci maki Dasarata yang telah tega membunuhnya, dan berkata bahwa kedua orang tuanya yang buta sedang menunggu dirinya membawakan air. Sebelum meninggal, Srawana menyuruh agar Dasarata membawakan air ke hadapan kedua orang tua si pemuda yang buta dan tua renta. Dasarata menjalankan permohonan terakhir tersebut dan menjelaskan kejadian yang terjadi kepada kedua orangtua si pemuda. Dasarata juga meminta ma’af di hadapan mereka.

Setelah mendengar penjelasan Dasarata, kedua orang tua tersebut menyuruh Dasarata agar ia mengantar mereka ke tepi sungai untuk meraba jasad puteranya yang tercinta untuk terakhir kalinya. Kemudian, mereka mengadakan upacara pembakaran yang layak bagi puteranya. Karena rasa cintanya, mereka hendak meleburkan diri bersama-sama ke dalam api pembakaran. Sebelum melompat, ayah si pemuda menoleh kepada Dasarata dan berkata bahwa kelak pada suatu saat, Dasarata akan mati dalam kesedihan karena ditinggalkan oleh puteranya yang paling dicintai dan paling diharapkan.

Istri dan keturunan

Dasarata memiliki tiga permaisuri, yaitu Kosalya, Sumitra, dan Kekayi. Lama setelah pernikahannya, Dasarata belum juga dikaruniai anak. Akhirnya ia mengadakan yadnya (ritual suci) yang dipimpin Resi Srengga. Dari upacara tersebut, Dasarata memperoleh payasam berisi air suci untuk diminum oleh para permaisurinya. Kosalya dan Kekayi minum seteguk, sedangkan Sumitra meminum dua kali sampai habis. Beberapa bulan kemudian, suara tangis bayi menyemarakkan istana. Yang pertama melahirkan putera adalah Kosalya, dan puteranya diberi nama Rama. Yang kedua adalah Kekayi, melahirkan putera mungil yang diberi nama Bharata. Yang ketiga adalah Sumitra, melahirkan putera kembar dan diberi nama Laksmana dan Satrugna.

Kehidupan selanjutnya dan kematian

Dasarata yang sudah tua hendak menobatkan Rama sebagai raja, sebab Rama adalah putera sulung sekaligus yang paling diharapkan Dasarata. Namun tindakannya tersebut ditentang oleh permaisurinya yang paling muda, yaitu Kekayi. Atas tuntutan Kekayi, Dasarata membuang Rama ke dalam hutan. Setelah membuang Rama ke tangah hutan, Dasarata membenci Kekayi dan ia tidak sudi lagi jika wanita tersebut mendekatinya. Tak beberapa lama kemudian, Dasarata jatuh sakit. Dalam masa-masa kritisnya, ia bersedih sambil mengenang kembali dosa-dosanya. Ia juga mengungkit kisah masa lalunya yang kelam di waktu muda kepada Kosalya, yaitu membunuh pertapa muda yang kedua orangtuanya buta. Dalam kesedihannya, Dasarata meninggal dunia karena sakit hati.

Raghuwangsa
Dalam mitologi Hindu, Raghuwangsa dipercaya sebagai garis keturunan/ras para raja-kesatria yang diturunkan oleh Wiwaswat (Surya). Karya Kalidasa yang terkenal yang bernama Raghuvamsha menceritakan kisah keagungan ras tersebut. Dalam ras ini lahir raja-raja besar seperti Harishchandra, Dilipa, Raghu, Aja, Dasarata dan Rama. Ayah Rama adalah Dasarata, putera Aja. Ayah Aja adalah Raja Agung Raghu, dan karenanya dinasti ini dikenal sebagai Raghuwangsa, atau “ras keturunan Raghu”. Ayah Raghu adalah Maharaja Dilipa.

Raja Dilipa
Raja Dilipa adalah putera Duliduh. Ia dikutuk oleh sapi Kamadhenu agar tidak bisa memiliki keturunan. Untuk menghilangkan kutukan tersebut, Resi Waista menganjurkan agar Dilipa merawat sapi Nandini dengan penuh kasih sayang. Selama dua puluh satu hari, Dilipa merawat sapi Nandini dengan setia. Pada hari yang kedua puluh dua, munculah seekor singa yang hendak memakan sapi Nandini yang sedang makan rumput. Dilipa yang melihat kejadian itu segera tanggap dan hendak membunuh sang singa. Namun sang singa merapalkan mantra sehingga Dilipa tidak bisa bergerak, namun hanya bisa berkata-kata saja.

Dengan hati yang tulus, Dilipa menawarkan dirinya sendiri untuk dimakan sang singa sebagai pengganti sapi Nandini. Melihat ketulusan hati Dilipa, perasaan Nandini menjadi tersentuh. Akhirnya Nandini menjelaskan bahwa peristiwa tersebut hanyalah rekaan semata untuk menguji kesetiaan Dilipa. Sesuai dengan permohonan Dilipa, Nandini menghilangkan kutukan yang menimpanya sehingga ia mampu memiliki keturunan. Kemudian Dilipa memiliki putera bernama Raghu, yang akan mendirikan Dinasti Raghu atau Raghuwangsa.

Raja Raghu
Raja Raghu merupakan putera Raja Dilipa. Ia merupakan seorang raja yang gagah berani. Menurut legenda, ia melakukan ekspedisi ke wilayah Asia Tengah dan menaklukkan setiap suku yang ia lalui. Karena jasanya yang terkenal, Dinastinya sendiri bernama Raghuwangsa atau Dinasti Raja Raghu. Raghu memiliki putera bernama Aja yang akan menggantikan pemerintahannya.

Raja Aja
Raja Aja adalah putera Raja Raghu. Aja juga merupakan raja yang gagah berani dan sayang disayangi Raghu. Ia adalah seorang raja besar seperti para raja pendauhulunya. Aja menikahi Indumati, adik Raja Bhoja. Saat menyelamatkan seorang Gandharwa, Aja diberikan senjata tombak yang dapat membuat musuh menjadi tertidur. Ia menggunakan tombak tersebut dalam pertempuran, saat melindungi Indumati.

Aja memiliki putera bernama Dasarata. Setelah Aja mangkat, Dasarata melanjutkan pemerintahannya.

Raja Dasarata
Raja Dasarata merupakan putera Aja, keturunan Manu. Ia memerintah Kerajaan Kosala dengan pusat pemerintahannya di Ayodhya. Ramayana mendeskripsikannya sebagai seorang raja yang penuh wibawa bagai Manu, sangat kaya bagaikan Kubera, dan sangat kuat bagaikan Indra. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Kosala yang diperintahnya sangat disegani oleh lawan.

Pada masa mudanya, Raja Dasarata dikutuk oleh orang tua yang buta bahwa ia akan wafat dalam keadaan sakit hati karena ditinggalkan oleh putera harapannya dan yang sangat dicintainya. Kutukan tersebut diberikan kepadanya sebab ia telah membunuh anak orang tua tersebut dalam kelalaian.

Dasarata memiliki tiga permaisuri utama bernama Kosalya, Sumitra, dan Kekayi. Menurut Ramayana Walmiki, Dasarata memiliki 700 selir. Saat menikahi Kekayi, ia berjanji bahwa putera yang dilahirkan oleh permaisurinya tersebut akan segera dinobatkan sebagai putera mahkota. Namun tak satu pun di antara ketiga permaisurinya yang melahirkan putera. Akhirnya Dasarata menyelenggarakan suatu yadnya (upacara) untuk memohon keturunan. Setelah upacara dilangsungkan, Dasarata menerima air suci. Air tersebut kemudian diberikan kepada tiga permaisurinya untuk diminum. Beberapa bulan kemudian, ketiga permaisuri Raja Dasarata melahirkan putera. Kosalya melahirkan Rama, Kekayi melahirkan Bharata, dan Sumitra melahirkan Laksmana dan Satrugna.

Pada saat Dasarata hendak menobatkan Rama sebagai raja, permaisuri Kekayi menuntut agar Bharata yang berhak mewarisi tahta. Sesuai dengan janji yang pernah diucapkannya, Dasarata memenuhi permohonan Kekayi. Tak lama kemudian, Dasarata wafat karena sakit hati. Oleh keputusan para menterinya, Bharata diangkat menjadi raja sedangkan Rama dibuang ke tengah hutan selama 14 tahun.

Raja Rama
Rama adalah putera sulung Raja Dasarata. Dalam pandangan Hindu, ia dianggap sebagai awatara (penjelmaan) Dewa Wisnu yang turun pada zaman Treta Yuga. Ia menikah dengan Sita, puteri Raja Janaka dari Mithila. Kisah perjalanannya yang terkenal terangkum dalam sebuah kitab yang bernama Ramayana.

Atas tuntutan ibu tirinya yang bernama Kekayi, Rama hidup di hutan selama 14 tahun dengan ditemani oleh Sita dan adiknya yang bernama Laksmana. Selama ia di dalam hutan, pemerintahan Ayodhya diwakili oleh Bharata. Dalam petualangannya di dalam hutan, Rama bersahabat dengan ras manusia-kera yang disebut wanara untuk mendapat bantuan demi mengalahkan raja raksasa bernama Rahwana.

Setelah menjalani masa pembuangan selama 14 tahun, Rama memerintah sebagai Raja Ayodhya. Ia memiliki dua orang putera bernama Kusa dan Lawa.

~ Article view : [2489]