Bab 05 – Jalan Penyerahan [ page 1 ]

880

Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND

Berkatalah Arjuna:
1. Dikau memuji karma-sanyasa (penyerahan total sesuatu aksi kepada Yang Maha Esa) oh Kreshna, dan juga Dikau menganjurkan bekerja secara benar (karma-yoga). Di antara keduanya ini yang manakah yang lebih baik? Beritahukanlah daku akan kepastiannya.
Arjuna mulai ragu-ragu lagi akan ucapan-ucapan Sang Kreshna dan dengan jujur ia mengemukakan keragu-raguannya ini kepada Sang Kreshna. Di bab-bab yang telah lalu, Sang Kreshna berbicara tentang gnana dan karma, yaitu tentang ilmu pengetahuan sejati dan tentang cara bekerja yang baik dan benar. Bagi Arjuna kedua hal ini nampak saling bertentangan sifatnya, karena baginya doktrin atau ajaran tentang ilmu pengetahuan yang sejati dianggapnya menganjurkan pekerjaan atau dharma yang benar. Bagi Arjuna ini nampaknya dua jalan yang berbeda, bagi Sang Kreshna kedua-duanya adalah sama. Tetapi bagi Arjuna rupanya semua keterangan Sang Kreshna terasa masih belum memuaskan batinnya, dan ia masih memerlukan pengarahan yang lebih pasti.

Kembali ke Sang Kreshna, maka kedua ajaran ini kalau dilakukan dengan benar dan tulus maka akan mengangkat si pemuja ke strata spiritual yang lebih tinggi, tetapi bagi Arjuna yang masih kurang pengetahuannya ini malahan merupakan tanda-tanya. Dan ini wajar sekali! Arjuna menanyakan apakah ia harus melepaskan karmanya sebagai seorang kshatria dan mengabdi seterusnya ke jalan sanyasa (ajaran Sankhya) atau ia harus bekerja sesuai dengan karmanya sebagai seorang kshatria dan berperang sampai tuntas (seperti ajaran yoga!). Yang mana yang harus dipilihnya? la menjadi ragu-ragu sendiri. Banyak orang-orang Hindu beranggapan bahwa kehidupan sanyasa (lepas dari segala aksi) dapat menghasilkan kebebasan. Dan dalam hal ini Arjuna berpikir kalau ia tetap jadi seorang kshatria maka ia akan terhambat dalam perjalanan spiritualnya, dan ia bersiap-siap untuk berubah haluan menjadi seorang sanyasin (pertapa), tetapi sebelumnya ia ingin minta kepastian dulu dari Sang Kreshna, Sang Adhi Guru.
Berkatalah Sang Maha Pengasih:
2. Sanyasa (lepas dari segala aksi) dan karma-yoga (bekerja tanpa pamrih), kedua-duanya menuju ke Yang Maha Esa. Tetapi diantara keduanya, karma-yogalah yang lebih baik daripada sanyasa.


Sebenarnya inti kedua ajaran ini tidak berbeda, dan menurut Sang Kreshna  karma-yoga lebih baik. Seorang karma-yogi sebenarnya di dalam batinnya adalah seorang sanyasi, karena secara mental ia telah dan selalu memasrahkan (mempersembahkan) setiap aksi atau pekerjaan dan perbuatannya kepada Yang Maha Esa semata, walaupun ia sibuk bekerja seaktif apapun juga. Dan dengan jalan ini ia lepas dari segala ikatan mati dan hidup, dan lebih cepat mencapai yang Maha Esa. Sedangkan jalan sanyasa atau gnana-marga (jalan ilmu pengetahuan) itu sifatnya sulit dan berbelit-belit, jadi menurut Sang Kreshna lebih baik untuk berjalan menganut ajaran karma-yoga yang lebih mudah.


3. Seseorang yang tidak membenci atau bernafsu (menginginkan segala sesuatu) adalah seorang sanyasi yang konstan. Karena seorang yang telah lepas dari dvandas (dua rasa yang saling berlawanan), akan cepat lepas dari keterikatan duniawi, oh Arjuna!
Dvandas seperti yang sudah disebut dan diterangkan pada bab-bab yang lalu, adalah dua sifat atau rasa yang berlawanan yang mengikat setiap manusia. Kedua rasa atau sifat ini adalah musuh-musuh besar seorang manusia. Seorang karma-yogi tidak akan mengacuhkan kedua-duanya lagi dan memasrahkan semua yang dialaminya kepada KehendakNya semata, dan sekiranya ini dilakukan penuh kesadaran dan dengan jiwa yang tulus maka ia pun terlepaslah dari keterikatan karma-karmanya. Seorang sanyasi yang konstan, adalah seorang yang tidak pernah menginginkan sesuatu ataupun tidak bernafsu akan sesuatu, dan sifatnya ini konstan, jadi terus-menerus ia akan berpikir dan bertindak demikian karena sudah menjadi itikadnya yang tegas dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal ini timbul dari kesadarannya yang tinggi. Hidupnya adalah suatu hal yang netral, semua suka dan duka, untung dan rugi sama saja harkat atau artinya, dan baginya semua ini selalu datang dan pergi tidak pernah abadi, jadi ia selalu tidak acuh lagi kepada dua sifat yang berlawanan ini. Dengan begitu lepaslah ia dari semua ilusi duniawi ini karena memang ia secara sadar tidak mau terikat olehnya, walaupun sebenarnya ia tinggal dan bekerja di dunia ini yang penuh dengan segala aktivitas yang tak kunjung habis-habisnya.

4. Hanya anak-anak, dan bukan orang-orang bijaksana, yang mengatakan bahwa ajaran Sankhya dan ajaran yoga sebagai dua hal yang berbeda. Seseorang yang telah mapan dalam salah satu ajaran ini mendapatkan imbalan dari kedua-duanya.

5. Tingkat tertinggi yang dicapai oleh para penganut Sankhya juga dicapai oleh penganut ajaran Yoga. Barangsiapa melihat (menyadari) bahwa ajaran Sankhya dan Yoga adalah satu benar-benar melihat dengan mata yang terang.
Ilmu pengetahuan yang sejati dan aksi atau tindakan tanpa pamrih sebenarnya bagi Sang Kreshna adalah dua hal yang sama saja arti dan maknanya, dan lebih dari itu satu saja  tujuannya, yaitu Yang Maha Esa. Ambillah salah satu jalan yang berkenan di hati dan sesuai dengan keinginan pribadi kita yang tulus, dan berjalanlah di jalan tersebut dengan tulus dan pada suatu saat nanti kita akan mendapati bahwa ujung jalan ternyata berakhir pada titik yang sama. Kedua penganut masing-masing jalan yang nampak berbeda ini pada hakikatnya sama-sama bebas dari nafsu-nafsu duniawi ini dengan segala ikatan-ikatan dan ilusi-ilusinya.
6. Tetapi tanpa Yoga, oh Arjuna, penyerahan diri (secara total) itu sukar dicapai
Seorang yang suci yang telah terbiasa dengan Yoga (jalan aksi), segera
mencapai Sang Brahman, Yang Maha Esa.
Penyerahan diri secara total tidak begitu saja dapat dicapai seseorang. Tetapi harus dengan kerja keras, dan proses ini berlangsung secara progresif (maju terus) bagi orang-orang yang telah melepaskan egonya dan berdedikasi kepada Yang Maha Esa. Ego pribadi adalah salah satu elemen yang paling sukar dikendalikan dalam diri kita dan selalu hadir pada setiap orang dalam bentuk yang berganti-ganti dan beraneka-ragam, seakan-akan tidak ada habis-habisnya. Dan semua itu butuh kesabaran dan dedikasi dan proses yang lama, baru dapat dikurangi tahap demi tahap dan kemudian sama sekali dihilangkan. Dan tanpa karma-yoga, sabda Sang Kreshna, jalan kearah Sanyasa atau gnana-marga ini akan jadi lebih sulit karena bisa-bisa seseorang jatuh sebelum mencapainya. Jalan karma-yoga  menyucikan  dan melicinkan langkah kita ke arah Yang maha Esa, semuanya kemudian menjadi lebih cepat untuk mencapaiNya.
Seseorang boleh saja berpikir bahwa ia sudah sadar, bahwa semua di dunia ini hanya ilusi Sang Maya, dan ia sendiri sudah mencapai kesempurnaan dalam kebijaksanaan. Tetapi kalau ia tidak mempraktekkan dan menghayati karma-yoga dengan baik dan benar, maka ia akan jatuh karena egonya, atau karena nafsu-nafsu dan kemarahannya. Dan Sang Maya kemudian menjadi lebih kuat lagi baginya.   Tetapi sekali ia tersucikan oleh karma-yoga, maka cepat ia akan lepas-landas ke arah Yang Maha Esa. Jadi seyogyanyalah seseorang selalu berjalan dijalannya karma-yoga dengan teguh.
7. la yang penuh dedikasi dalam tindakannya dan suci jiwanya, yang merupakan tuan bagi dirinya sendiri dan telah menguasai indra-indranya, yang sadar bahwa Dirinya adalah Diri yang sama dalam setiap makhluk – walaupun ia bekerja (bertindak), ia tak akan tersentuh sedikit pun oleh pekerjaan atau tindakan itu.
Mengapa ia tak tersentuh sedikitpun oleh tindakan-tindakannya? Karena ia tidak kerja untuk diri pribadinya sendiri. Sang Atman, Sang Jati Diri — Sang Kreshna yang ada di dalam jiwalah yang melakukannya. Ia melihat, mendengar, menyentuh, mencium., makan, bergerak, tidur, bernafas, berbicara, tetapi Ia sadar semua itu hanya tindakan-tindakan alamiah ke obyeknya masing-masing. Ia sadar sebenarnya ia tidak melakukan apa-apa, ia hanya alatNya saja, dan dipakai olehNya sesuai dengan KehendakNya.
8. Seseorang yang telah bersatu dengan Yang Maha Suci, yang sadar akan Kebenaran akan selalu berpikir, “aku tak melakukan apa-apa.” Karena dikala melihat, mendengar, menyentuh, mencium, memakan, bergerak, tidur, bernafas.
9. Dikala berbicara, memberi, mengambil, membuka dan manutup-mata, ia sadar bahwa yang bergerak hanyalah indra-indranya dan diantara obyek-obyek indra-indra itu sendiri.
10. Seseorang yang bertindak (bekerja), sambil melepaskan keterikatannya, menyerahkan semua tindakan-tindakannya kepada Yang Maha Esa, tidak akan tersentuh oleh dosa, ibarat bunga teratai yang tak tersentuhkan oleh air.
Di sloka delapan dan sembilan di atas diterangkan dengan baik mengenai disiplin pribadi seseorang yang melakukan gnana-yoga. Orang semacam ini tidak pernah merasa bahwa ialah “pelaku semua tindakan.” Di sloka sepuluh di atas, diterangkan sekali lagi bahwa seorang karma-yogi sejati akan selalu bekerja tanpa pamrih, karena semua tindakannya adalah demi Yang Maha Esa.

 

~ Article view : [373]