Wrespati Pon Wuku Bala bertepatan dengan Sasih Kapitu ( Rabu, 29 Januari 2014), merupakan hari suci lainnya bagi umat Hindu. Hari tersebut dikenal dengan nama Siwalatri/Siwaratri atau Malam Siwa. Latri berarti malam (gelap). Dan bahkan malam itu adalah malam tergelap dibanding malam-malam lainnya. Kalangan krama Bali beragama Hindu umum menyebutnya “peteng pitu”.
Pada hari Siwaratri umat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Siwa Mahadewa. Umat Hindu diwajibkan untuk melakukan brata, meningkatkan kesucian rohani dan latihan mengekang hawa nafsu. Tujuannya agar memiliki daya tahan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan di dunia ini. Terbebas dari berbagai godaan yang bisa menjerumuskan dan menyesatkan hidup, karena perbuatan menyimpang dari ajaran dharma atau Agama.
Jika mendengar kata Siwalatri/ Siwaratri Di Bali, selalu dikaitkan dengan cerita Lubdaka yang dikarang oleh Mpu Tanakung seorang mpu besar di zamannya. Lubdaka dilukiskan sebagai pemburu yang memiliki ekonomi yang rendah, pekerjaan sehari harinya hanyalah berburu binatang untuk dijadikannya makanan sehari hari bersama keluarga kecilnya.
Pada suatu hari, Lubdaka yang memang tugas sehari harinya berburu, pergi ke hutan dan meninggalkan istri dan anak anaknya. Ketika di hutan, Lubdaka begitu heran karena tak satupun binatang ia jumpai. Tapi Lubdaka tidak dengan mudah menyerah karena ia sadar jika tidak dapat hasil buruan maka Lubdaka dan keluarga kecilnya tidak bisa makan. Oleh sebab itu ia terus menelusuri hutan hingga sore hari. Menyadari hari sudah semakin gelap, Lubdakapun akhirnya menyerah, iapun berniat kembali kerumah. Ketika mencari jalan pulang, Lubdaka terhenti karena jalan menuju rumahnya tidak terlihat karena hari sudah gelap. Iapun memutuskan untuk bermalam di hutan yang gelap dan lebat. Takut akan binatang buas menerkamnya, Lubdakapun memutuskan untuk memanjat sebuah pohon besar yang dibawahnya terdapat telaga.
Saat di atas pohon, Lubdaka mencoba untuk tidur tapi niatnya gagal karena ia takut ketika ia tidur, ia akan jatuh dari pohon atau barangkali ada binatang yang mendekatinya. Semua rasa takut itu membuat Lubdaka terjaga semalaman tanpa makan, dan tanpa minum, sembari tangannya memetik satu persatu daun dari pohon yang ia duduki. Ia memetik dan menjatuhkannya ke telaga yang tepat berada di bawahnya.
Selama terjaga ia merenungi semua perbuatannya yang pernah ia lakukan, merenugi perbuatannya yang sehari harinya menghilangkan nyawa binatang. Selain itu ia juga menahan rasa haus dan lapar yang selalu datang. Dan tanpa sadar, daun yang ia petik tersebut merupakan daun dari pohon Bila, dan menjatuhkannya ke atas “Lingga” dewa Siwa. Dan Lubdaka juga tidak sadar bahwa brata yang tanpa sengaja ia lakukan pada hari itu merupakan hari yang paling baik untuk melakukan brata terhadap Dewa Siwa. Hari itu disebut dengan hari Siwalatri/ Siwaratri.
Ketika pagi datang, Lubdakapun kembali kerumahnya dan berkumpul bersama keluarga kecilnya. Beberapa hari setelah kejadian brata. Lubdaka jatuh sakit, dari hari ke hari keadaanya semakin parah dan pada akhirnya ia meninggal dunia. Ketika ia meninggal, Lubdaka yang terkenal sebagai pemburu yang suka menghilangkan nyawa, seharusnya berada di Neraka, tetapi atas titah Dewa Siwa, Lubdaka diijinkan untuk masuk ke Surga, ini karena Lubdaka melakukan brata pada saat Siwalatri.
Nah walaupun ini hanya cerita mitos masyarakat Bali, tapi diharapkan agar orang yang membacanya dapat mengambil manfaatnya dengan bijak. Siwalatri bisa diartikan dengan malam perenungan, dimana di hari ini manusia diharapkan bisa merenungkan semua perbuatan yang telah di lakukan selama hidup dan mengubahnya untuk menjadi lebih baik lagi.
Source : www.cerita.kbatur.com
~ Article view : [3643]