Panca Mahabhuta

2086

Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND
Dari Brahman muncul akasa. Dari akasa muncul vayu. Dari vayu muncul teja. Dari teja muncul apah dan dari apah muncul prthivi“. (Taittiriya upanisad 2.1).  Pancamahabhuta adalah penyusun semua zat (kasar atau halus) dalam alam semesta ini, termasuk didalamnya badan fisik kita sendiri.
Kelima unsur Panca Mahabhuta tersebut adalah :
1 . Akasa/Eter
2 . Vayu/Udara
3 . Teja/Api
4 . Apah/Air
5 . Prthivi/bumi
Para pembaca harus mengetahui bahwa terjemahan sansekerta sebelumnya tentang istilah akasa, vayu, teja, apah, dan prthivi sebagai eter, udara, api, air dan bumi, yang berikutnya diterjemahkan pada abad kesembilan belas, ketika para ahli fisika kuno jaman itu tidak dapat menjelaskan dengan benar tentang penciptaan di jagat raya ini. Dengan kebangkitan teori relativitas Einstein, sebuah pengertian yang lebih baik mengenai jagat raya telah muncul. Sehingga pancamahabhuta dapat diinterpretasikan sebagai lima energi yang tercantum di atas (energi gravitasi, energi kinetik, energi radiasi (atau cahaya), energi listrik, energi magnetik), yang bertujuan untuk menyelidiki keparalelan antara Advaita Vedanta dan ilmu modern.

Para rsi hindu telah menghubungkan pancamahabhuta dengan lima indera organ persepsi manusia. AKASA dihubungkan dengan kuping karena Saccule peka bagi kita dalam daerah gravitasi. VAYU berhubungan dengan kulit karena temperatur, yang merupakan ukuran energi kinetik, dirasakan oleh kulit. TEJA berhubungan dengan mata karena cahaya dapat dilihat oleh mata. APAH berhubungan dengan lidah karena sengatan listrik meninggalkan rasa asam (proton rasa asam). PRTHIVI berhubungan dengan hidung konfigurasi molekuler yang menghasilkan bau adalah hasil dari molekul magnetik yang berpasangan. Dalam literatur Sansekerta, karena APAH dan prthivi adalah dewa kembar. Dalam ilmu pengetahuan, listrik dan magnetik adalah dua hal yang kembar karena dua hal itu adalah dua aspek yang saling terjalin.

PEMBEBASAN (moksa) ATMAN DARI SAMSARA
Dalam pandangan hindu, kelahiran dan kematian seseorang adalah kematian dan kelahiran dari tubuh fisik yang ditinggali oleh atman saat pemunculannya di dunia. Atman sangatlah suci dan abadi,dan dapat menempati banyak tubuh fisik untuk menikmati hasil dari perbuatan dimasa lalu. Dalam proses ini atman pergi melalui siklus kelahiran dan kematian, yang disebut dengan samsara, sampai mencapai pembebasan (moksa). Saat setiap kelahiran atman akan mengalami penderitaan dan kesenangan yang dihasilkan oleh karma masa lalu, yang menciptakan karma baik atau karma buruk (didasarkan pada sifat karma dari tindakan) dan juga memiliki kesempatan untuk mencapai moksa melalui disiplin spiritual, yang sesuai dengan kitab suci. Dalam pandangan hindu, kelahiran manusia adalah sangat penting karena memberikan kesempatan yang langka bagi atman untuk memperoleh kesempurnaan spiritual, dan membebaskan dirinya dari keterbatasan fisik dari samsara.
Dalam hinduisme. Proses evolusi adalah forward-acting. Ini berarti bahwa sekali atman telah memperoleh tubuh manusia dalam proses evolusi yang normal dari bentuk kehidupan yang lebih rendah ke dalam bentuk kehidupan yang lebih tinggi, akan selalu menempati tubuh manusia dalam inkarnasinya tidak memandang kualitas dari karmanya. Bagaimanapun juga, seperti yang telah di sebutkan diatas,kualitas dari hidup inkarnasi manusia tertentu akan bergantung dari sifat yang terkumpul pada karma masa lalu.
Bagi seorang hindu, tujuan dari hidup manusia adalah untuk mencapai pembebasan dari pengalaman peristiwa dalam kehidupan (seperti bebas dari lingkaran kehidupan dan kematian). Moksa, atau pembebasan adalah kesadaran atman akan sifat yang sejati, yang abadi, murni, ada dimana-mana, dan selalu ada. Konsep moksa adalah jawaban yang disediakan oleh orang hindu pada pertanyaan dari jaman dahulu tentang tujuan hidup ini. Menurut hindu, ketidakperdulian disebabkan karena maya adalah penyebab dari keterikatan atman pada peristiwa dunia, dan obatnya adalah pengetahuan yang sejati. Pembebasan adalah hak lahir dari semua individu. Manusia itu sendirilah yang bertanggung jawab untuk pembebasannya sendiri. Tidak ada juru selamat atau penyelamat yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas ini untuknya.
Menurut kitab hindu, moksa bukanlah hasil dari beberapa perubahan atau modifikasi dari taman. Moksa tidak membuat atman membutuhkan sesuatu yang tidak ia miliki. Moksa berarti pembebasan seseorang dari ketidakperdulian, kesadaran akan sifat dari seseorang, dan pembebasan dari siklus kematian dan kelahiran. Dalam keberadaannya yang bebas, seseorang itu membangun keuniversalan dan kebebasan dari keterikatan duniawi. Konsep dari moksa dalam pemikiran hindu adalah moral yang agung dan memiliki arti yang etis
Source : www.mahabharata-adiparwa.blogspot.com

~ Article view : [804]