Sanggah Kamulan Dalam Hindu Bali

2295

Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND

Sanggah Kamulan berasal dari dua kata yaitu: sanggah (sanggar) yang artinya tempat pemujaan dan kamulan artinya (mula) artinya akar, umbi, dasar, permulaan, asal. Kamulan juga sering disebut kamimitan dari kata (wit) yang artinya sumber atau asal darimana manusia ada. Jadi sanggah kamulan adalah tempat pemujaan asal atau sumber.

Sanggah Kamulan

Sanggah kamulan berdasarkan letaknya adalah sebagai penghulun karang. Penghulun karang berasal dari dua kata yaitu: hulu yang artinya udik, dan karang adalah secuntak tanah yang digunakan sebagai karang perumahan. Jadi penghulun karang adalah tempat pemujaan yang terletak pada bagian udik (Kajakangin) dari karang perumahan. Masih ada perbedaan persepsi dimasyarakat mengenai siapa yang dimaksudkan dengan sumber atau asal tersebut, dan siapa yang dipuja di sanggah kemulan. Itu karena sumber yang dijadikan acuan berbeda- beda. Lalu siapakah yang sebenarnya dimaksudkan dengan sumber dan asal serta siapakah yang dipuja di sanggah Kamulan?

Berikut adalah beberapa petikan, diantaranya dari rontal Usana Dewa:

Ring kamulan ngaran Ida Sanghyang Atma,
ring kamulan tengen bapa ngaran Sang Paratma,
ring kamulan kiwa ibu ngaran Sanghyang Sivatma,
ring kamulan tengah ngaran Raganya,tu Brahma dadi
meme papa,meraga Sanghyang Tuduh…

(Rontal: Usana Dewa,lembar 4).

Artinya:
Pada sanggah kamulan beliau bergelar Sanghyang Atma,pada ruang kamulan kanan ayah,namanya Sanghyang paratma,pada kamulan kiri ibu,disebut Sivatma. Pada kamulan ruang tengah diri-Nya,itu Brahma, menjadi purusa pradana,berwujud Sanghyang Tuduh (Tuhan yang Menakdirkan).

Kutipan yang hampir sama dengan rontal Usana Dewa, yaitu rontal Gong Wesi,lembar 4b juga disebutkan:

…ngaran ira Sang Atma ring kamulan tengen bapanta,nga,Sang Paratma,ring kamulan kiwa ibunta, nga,Sang Sivatma,ring kamulan madya raganta,Atma dadi meme bapa ragane mantuk ring dalem dadi Sanghyang Tunggal,nunggalang raga…

(Rontal: Usana Dewa,lembar 4).

Artinya:
…nama Beliau Sang Atma,pada ruang kamulan kanan bapakmu,yaitu Sang Paratma, pada ruang kamulan kiri ibumu,yaitu Sang Sivatma,pada ruang kamulan tengah adalah menyatu menjadi sanghyang Tunggal menyatukan wujud.

Dari dua kutipan diatas sangat jelas disebutkan bahwa yang disthanakan pada sanggah kamulan adalah Sanghyang Triatma, yaitu Paratma yang diidentikan sebagai ayah (Purusa), Sang Sivatma yang diidentikan sebagai ibu (Pradana) dan Sang Atma yang diidentikan sebagai diri-sendiri (roh individu). Pada hakekatnya Sanghyang Triatma itu adalah Brahma atau Sanghyang Tunggal/Hyang Tuduh sebagai Pencipta.

Dalam sekte Siva Sidhanta, yang dimaksud dengan Tri Atma adalah : Am,Atma dewanya Brahma, Antara Atma dewanya Wisnu,dengan wijaksaranya Um,dan Paratma dewanya adalah Iswara dengan wijaksaranya adalah Mang. Ketiga Dewa tersebut disebut Tri Murti,(Tiga manifestasi Tuhan dalam aspek horisontal) yang merupakan roh alam semesta.
Sebagai roh alam semesta beliau bergelar Tri Purusa atau Tri Lingga (Tiga manifestasi Tuhan dalam aspek Vertikal). Pada saat memuja beliau di Sanggah Kamulan atau Kawitan,mantranya adalah sebagai berikut:

Om Dewa-dewi Tri Dewanam
Tri Murti Tri Lingganam
Tri Purusa Suddha Nityam
Sarwa jagat Jiwatmanam

(Anandakusuma:45).

Artinya:
Om para Dewa umpamanya Tri Dewa,
Tri Murti (Brahma,Wisnu,Iswara)
adalah Tri Lingga,Tri Purusa yang suci selalu,adalah roh (atma) atau semesta beserta isinya (jagat)
.

Tri Purusa adalah tiga kemahakuasaan Tuhan, yaitu: Siwa adalah Tuhan dalam dimensi Imanen (Skala), Sadasiwa adalah Tuhan dalam dimensi Skala-niskala (Ardanareswara). Sedangkan Paramasiwa adalah Tuhan dalam dimensi niskala (transendental). Tuhan dalam ke-tiga wujud di atas, dalam rontalSiwagama digelari Bhatara Guru, karena Beliau Siwa adalah Dang Guru ing Iswara, di jagat ini.

Oleh karena Siwa beraspek tiga sebagai Tri Purusa, maka Gurupun ada tiga aspek pula, yakni:Guru Rupam adalah Guru dalam dimensi Skala (imanen), Guru Madyam adalah Guru dalam dimensi Skala-niskala, dan Guru Purwam adalah Guru dalam dimensi Niskala.
Pada saat memuja beliau di sanggah Kamulan/merajan atau kawitan, mantranya adalah sebagai berikut:

Om Guru Dewa Guru Rupam
Guru Madyam Guru Purwam
Guru Pantaram Dewam
Guru Dewa Suddha Nityam

(Anandakusuma,Dewayadnya:45).

Artinya:
Om Guru Dewa,yaitu Guru Rupam (skala),Guru Madya (skala-niskal),dan guru Purwa (niskala) adalah Guru para Dewa. Dewa Guru suci selalu.

Sedangkan dalam rontal Purwa Bhuana kamulan disebutkan:

Riwus mangkana daksina pangadegan Sang Dewapitara,
tinuntun akena maring Sanggah Kamulan,
yan lanang unggahakena ring tengen,
yan wadon unggahakena maring kiwa,
irika mapisan lawan Dewa Hyangnya nguni…

(Purwa Bumi Kamulan).

Artinya:
Setelah demikian daksina perwujudan Roh suci
dituntun pada sanggah Kamulan,
Kalau roh itu dari laki-laki naikan pada ruang kanan,
Kalau roh itu dari perempuan naikan pada rong kiri
Disana menyatu dengan leluhurnya terdahulu.

Dan dalam Rontal Tattwa kapatian disebutkan bahwa Sanghyang Atma (roh) setelah mengalami proses upacara akan berstana di Sanggah Kamulan sesuai dengan kadar kesucian Atma itu sendiri. Atma yang belum suci yang hanya baru mendapat tirta pangentas pendem atau upacara sementara (ngurug) juga dapat tempat pada Sanggah Kamulan sampai pada tingkat batur kamulan. Seperti yang disebutkan dalam kutipan berikut:

Mwah tingkahing wong mati mapendem,
Wenang mapangentas wak mapendem,
phalanya polih lungguh Sang Atma munggwing batur kamulan.

(Rontal tattwa Kapatian,la,1b).

Artinya:
Dan prihalnya orang mati yang dikubur boleh menggunakan tirta pangentas kubur,pahalanya Sang Atma mendapat tempat pada batur Sanggah Kamulan.

Dari kutipan-kutipan diatas dapatlah kiranya disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan pengertian kamulan dalam Sanggah Kamulan adalah: Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sanghyang Tri Atma, sebagai Dewa Tri Murti, Tri Purusa, Tri Lingga atau Bhatara Guru. Dan juga roh suci lelujur yang telah menyatu dengan Sanghyang Triatma/Sanghyang Tuduh/Sang Pencipta yaitu Ida Sanghyang Widi Wasa.

Jenis-jenis Sanggah Kamulan di Bali

Sanggah Kamulan berdasarkan kondisinya dapat dibedakan menjadi:

1. Turus Lumbung, adalah Sanggah Kamulan darurat, karena satu dan lain hal belum mampu membuat yang permanen. Bahannya dari turus (batang) kayu dapdap (kayu sakti). Fungsinya hanyalah untuk ngalumbung atau ngayeng Hyang kamulan/Hyang Kamimitan. Satu tahun setelah membuka karang baru diharapkan sudah membangun Kamulan yang permanen.

2. Sanggah Panegtegan, adalah kamulan yang berfungsi hanya sebagai tempat negtegang (membuat ketentraman) dengan memuja Hyang Kawitan bagi mereka yang baru berumah tangga. Kamulan sejenis ini banyak dijumpai di daerah Kabupaten Bangli bagian atas. Setiap mereka yang baru kawin, diwajibkan membangun sebuah Sanggah Rong Tiga, sehingga dalam satu pekarangan akan berdiri beberapa Sanggah Rong Tiga.

3. Kamulan Jajar, sesuai dengan namanya Sanggah kamulan ini memiliki dua saka (tiang) yang berjajar di muka menancap langsung pada bebaturan (paling batur). Selain itu mempunyai ruang tiga berjajar, juga terdiri dari tiga bagian yaitu: bebaturan, ruang lepitan, dan ruang gedong sampai atapnya. Ruang lepitan letaknya di bawah rong tiga yang berjajar. Bila dicermati Sanggah ini terdiri dari jajar horisontal dan jajar vertikal, sebagai simbolisasi Hyang Tri Murti dan Hyang Tri Purusa.

Mengenai apa fungsi dari ruang lepitan itu,belum diketahui secara pasti, karena belum ada sumber yang dijadikan acuan. Namun ada pendapat yang mengatakan, bila dilihat fungsi Kamulan sebagai palinggih Atma, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Batur Kamulan sthana Atma yang masih kotor, yang baru mendapat tirta pangentas pendem (Rontal Tattwa Kapatian) . Rong Tiga terutama kanan dan kiri adalah tempat Atma Suci yang telah dilinggihkan. Kemungkinan menurut perkiraan beberapa orang sujana bahwa ruang lepitan adalah tempat yang dapat dicapai oleh Atma yang sudah diabenkan. Dengan demikian dapat dikatakan, Sanggah Kamulan terdiri dari tiga bagian kosmos yakni bebaturan, sebagai Bhurlokha, atau Pitraloka alamnya para pitara, ruang lepitan sebagai Bwahloka, alamnya para pitara yang sudah diabenkan, dan rong tiga sebagai Swahloka, alamnya Para Dewa yang dapat dicapai oleh Atma suci (Dewa Pitara) yang telah melalui proses upacara mamukur.

sumber: mantrahindu, inputbali, sejarahharirayahindu

~ Article view : [530]