Wednesday, April 23, 2025
Hostinger

Bab 03 – Jalan Aksi [ page 3 ]


Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND

21.Apapun yang dilakukan oleh seorang pemimpin, maka masyarakat akan mengikutinya. Masyarakat akan meniru sama kaidah-kaidah yang dilaksanakan oleh pimpinan itu.Masyarakat selalu cenderung untuk meniru tingkah-laku dan kehidupan seorang pemimpin bangsa.  Seandainya seorang pemimpin atau pemuka masyarakat bertindak religius, bijaksana, rendah-hati, hidup sederhana dan tidak serakah pada kekuasaannya, maka masyarakat akan menghormatinya dan bertindak sama dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tetapi seandainya seorang pemimpin mulai bertindak serakah, menyalah-gunakan kekuasaannya, memerintah dengan angkara-murka, dan korupsi, maka jajaran menteri-menteri dan para bawahan-bawahan menteri sampai ke pamong-praja dan masyarakat akhirnya, akan bertindak sama. Karena itulah pola atau kaidah-kaidah yang telah diterapkan oleh sang pemimpin, yang lambat laun menjalar ke semuanya dan terasa biasa oleh para pelaku-pelakunya.

22. Tidak ada sesuatu apapun di ketiga loka ini yang Kukerjakan, oh Arjuna, atau pun ingin mencapai sesuatu yang belum tercapai, tetapi Aku selalu aktif bekerja.Yang Maha Kuasa sebenarnya tidak perlu bekerja untuk menunjang alam semesta ini beserta seluruh isinya, tetapi la memberikan contoh yang baik dengan menitis menjadi Sang Kreshna dan mengajarkan Bhagavat Gita kepada manusia agar jalan lurus ke arahNya.

23. Karena, kalau Aku tidak aktif, maka mereka-mereka yang aktif dan penuh pengorbanan tidak akan mencontoh Diriku, oh Arjuna!Sekali lagi Yang Maha Kuasa memberikan keteladanan yang amat agung, agar mereka-mereka yang bekerja demi dan untukNya semata makin aktif saja untuk bekerja demi sesamanya dan demi Yang Maha Kuasa. Di sini terlihat bahwa Bhagavat Gita tidak menganjurkan siapa saja untuk berdiam diri tanpa berbuat sesuatu karena merasa semua sudah diatur Yang Maha Kuasa. Tetapi sebaliknya setiap insan dianjurkan untuk selalu bekerja, tetapi harus tanpa pamrih.

24. Seandainya Aku berhenti bekerja, maka dunia ini akan runtuh, dan Aku jadi penyebab kekacauan, dan semua manusia-manusia ini akan binasa.

25. Ibarat seorang bodoh yang bekerja demi hasilnya, oh Arjuna, maka seyogyanyalah seorang yang bijaksana juga bekerja, tetapi tanpa pamrih, dan dengan tujuan untuk kelangsungan hidup di dunia ini.Kontradiksi antara yang bodoh (jurang pengetahuannya) dan yang bijaksana jelas sekali di sloka atas ini. Yang pertama bekerja demi suatu motif dan untuk kepentingan dirinya sendiri, sedangkan yang bijaksana bekerja tanpa pamrih dan untuk sesamanya. Pekerjaannya sama, motif dan tujuannya lain.

26. Janganlah seorang vidvan (bijaksana) mencegah pikiran mereka-mereka yang terikat kepada pekerjaan mereka. Tetapi bertindaklah berdasarkan ilmu pengetahuan ini sesuai dengan kehendakKu dengan begitu memberikan inspirasi (atau mengajarkan) mereka untuk bertindak yang betul.Jangan mengusik atau mengkritik mereka-mereka yang terikat pada kehidupan dan pekerjaan mereka, karena kesadaran yang sejati harus datang dari hati-nurani mereka sendiri. Kewajiban seorang yang bijaksana adalah memberikan contoh-contoh kepada orang-orang semacam ini, dengan begitu menimbulkan kesadaran atau inspirasi kepada mereka, bahwa bekerja atau hidup ini sebenarnya untuk Yang Maha Esa semata dan bukan untuk kepentingan diri pribadi sendiri. Dengan bertindak begitu seorang yang bijaksana akan bertindak sesuai dengan kemauan atau kehendak Yang Maha Kuasa yang tak pernah memaksakan kehendak atau keinginanNya untuk diikuti seseorang. Setiap orang bebas untuk memuja atau tidak memujaNya, untuk berperi-laku baik atau buruk. Jangan sekali-kali kita meremehkan kepercayaan orang-orang lain, apapun kepercayaan dan keyakinan mereka, bahkan seharusnya kita harus menghormatinya dan kemudian membantunya untuk lebih mengenal Yang Maha Esa dan bertugas demi Yang Maha Esa. Setiap simbol yang dipuja atau tindakan atau kepercayaan seseorang sebenarnya merupakan suatu proses atau tindakan atau anak-tangga dari setiap individu untuk ke Yang Maha Esa juga, tetapi karena “kebodohan” seseorang maka ia berjalan atas konsep atau pengertian yang salah, pada hal yang ditujunya adalah kekuatan Yang Abadi juga. Dan setiap individu ini suatu saat secara perlahan tetapi pasti akan menuju ke Yang Maha Esa juga. Jadi sebaiknya seorang yang bijaksana memperbaiki dan membantu mengarahkan orang-orang ini ke jalan yang benar, dan tidak sekali-kali memaksa atau menertawakan kepercayaan orang lain.

27. Sebenarnya semua tindakan (aktifitas) dilakukan berdasarkan sifat-sifat alam (ketiga guna), tetapi seseorang yang penuh dengan rasa egois (ahankara) akan berpikir: Akulah yang melakukannya.”

28. Tetapi seseorang, oh Arjuna, yang sadar benar akan perbedaan antara Sang Jiwa dan sifat-sifat alam serta cara kerja sifat-sifat alam ini, tak akan terikat pada pekerjaannya, karena ia sadar bahwa yang bekerja sebenarnya adalah sifat-sifat alam ini.Seseorang yang bijaksana sadar bahwa Sang Atman (yang bersemayam di dalam diri kita), tak akan tercemar oleh pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan orang tersebut. Seperti juga halnya Sang Atman ini tidak dapat dibakar, dibunuh atau dihancurkan. Orang bijaksana ini pun sadar bahwa yang bertindak dengan aktif sebenarnya bukan Sang Atman tetapi adalah ketiga sifat alam yang disebut guna, dari Sang Prakriti. Sedangkan seseorang yang tidak bijaksana atau yang kurang pengetahuannya merasa semua tindakan yang dilakukannya berasal dari dirinya semata. Secara sadar seorang yang bijaksana mengorbankan segala tindakannya kepada Yang Maha Esa, dan secara otomatis ia akan selalu bekerja melawan segala dosa dan cobaan agar dirinya makin bersih dan dapat lepas dari segala kegelapan, penderitaan dan kekotoran duniawi ini. Jalan ini menuju ke jalan “tanpa-pamrih.” Karena seseorang yang bijaksana sadar bahwa yang bekerja sebenarnya bukan Sang Atman tetapi sifat-sifat prakriti yang menimbulkan berbagai ragam aktivitas atau tindakan. Sifat berinteraksi dengan sifat, dan benda berinteraksi dengan benda, Sang Atman sendiri selalu teguh sebagai saksi.

29. Mereka-mereka yang di dalam kegelapan akibat sifat-sifat alam ini terikat pada pekerjaan-pekerjaan yang ditimbulkan oleh sifat-sifat ini. Seorang yang sadar semuanya itu tak akan menggoyahkan pikiran seseorang lain yang hanya mengerti sebagian kecil.Seseorang yang bijaksana akan membantu tanpa pamrih kepercayaan atau tindakan positif orang lain yang kurang mengerti ini, dan tidak sekali-kali menimbulkan kekacauan dalam hati orang yang ditolongnya ini. Dengan memberikan contoh-contoh yang baik seseorang yang bijaksana akan membantu orang yang lain sesuai pengabdiannya kepada Yang Maha Esa.

30. Serahkan semua tindakan-tindakanmu kepadaKu, dengan pikiran-pikiranmu bersandar pada Yang Maha Esa, lepas dari segala kemauan dan egoisme, sadarlah dari penyakit (mental) mu, berperanglah dikau, oh Arjuna!Dengan menyerahkan semua imbalan atau pamrih dari segala tindakan-tindakan kita kepada Yang Maha Esa, maka seyogyanyalah seseorang berdoa kepadaNya agar Ia memberkahi alam semesta beserta segala isinya ini dengan segala karuniaNya. Jangan mencari kebahagian pribadi, tetapi berkorbanlah selalu demi sesamamu dan semuanya, demi Yang Maha Esa pada hakikatnya. Serahkanlah semua milikmu kepadaNya, serahkan semua itu dengan jiwa yang penuh dedikasi dan suatu waktu kelak kita pun dapat merasakan datangnya karunia Ilahi Yang Sejati (Brahmananda). Serahkan semua yang menjadi milikmu, apapun bentuknya, baik secara mental maupun harta duniawi dan sadarlah bahwa Ia juga yang hadir di setiap benda dan makhluk di alam semesta ini, dan Yang Maha Esa pun akan turun kepada diri kita dan lengkaplah lalu diri kita ini. Dalam setiap tindakan selalulah berdoa, “Terjadilah KehendakMu, Yang Maha Kuasa.”

~ Article view : [364]

Related Articles


Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND
- Advertisement -

Latest Articles