Fungsi Jenis dan Bentuk Gamelan di Bali

9854

Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND

Oleh : NI MADE SULIARTINI

Di Bali dalam setiap tari-tarian secara umum selalu menggunakan musik. Musiknya itu berupa musik modern atau musik tradisional. Dan hampir semua tarian sakral di Bali mengguanakan gamelan. Tidak hanya dalam pertunjuan tari saja mengguankan gamelan bahkan setiap upacara Yajna gamelan selalu mengiringi jalanannya upacara. Misalnya upacara Dewa Yajna yaitu menggunakan gamelan Gong. Dan dalam upacara Pitra Pitra Yajna menggunakan Gamelan Angklung dan Gambang. Dan tidak hanya itu saja peran atau fungsi gamelan di dalam kebudayaan yang ada di Bali. Gamelan juga dapat di gunakan sebagai hiburan dengan adanya felstifal gong kebyar atau yang ssejenisnya. Ini juga dapat membantu pariwisata yang ada di Bali.

Bali di tandai dengan kebudayaan Hindu, mempunyai jenis-jenis gamelan (musik) yang paling tua (sederhana) sampai dengan yang paling baru (modern). Kehidupan gamelan tidapat di pisahkan dengan Agama. Dan perkembangan gamelan di Bali tidak lepas dari penyebaran Agama Hindu. Dan sampai saat ini ada berjenis-jenis gamelan yang dapat di golongkan menjadi tiga bagian yaitu: Gamelan Tua, Gamelan Madya dan Gamelan Golongan Baru.

Gamelan sudah tidak asing lagi bagi orang Bali. Karena di setiap Desa masing-masing pasti mempunyai seperangkat Gamelan. Ada yang berupa gamelan yang di sakralkan yang digamelkan pada saat ada upacara Dewa Yajna saja. Namun yang mempunyai seperangkat Gong moderen   maka mereka sangat mudah mem[elajarinya. Dan mereka  tau nama dari masing-masing gamelan itu, jenis gamelannya, dan cara menabuhkannya atau cara menggunakan masing-masing gamelan itu sesui dengan tangga nada masing-masing.

Dimana gamelan itu tidak hanya ada di Daerah Bali saja namuan terdapat pula di Daerah lain, seperti: di Daerah Jawa, Madura, Lombok.

II       PEMBAHASAN

2.1         Sejarah Gamelan

Di Bali di temukan sebuah prastasti yang menyebutkan ada istilah musik atau gamelan yaitu prastasti Bebetin yang antara lain bunyinya:

Pande mas, pande besi, pande tembaga, pemukul (juru tabuh benyi-bunyian), pagending (biduan), pabunjing (penari), papadaha (juru gepek), pabangsi (juru rebad), partapuka (tapel-topeng), parbwang (wayang) turun dipanglapuan Singhamandawa (di buat oleh pegawae di Singhamandawa), di bulan besksha (bulan ke X), hari pasaran Wijaya manggala, tahun caka 818 atau 896 Masehi, yaitu pada pemerintahan raja Ugrasena di Bali

Dalam perkembangan-perkembangan sejarah di mana sejak abad ke VIII sampai pada abad ke XVIII adanya kontak antara Jawa dan Bali yang menyebabkan terbawanya banyak barang-barang kesenian, khususnya gamelan, kendatipun berupa instrument yang terpisah. Bentuk gamelan yang di buat dari besi. Dan bergai jenis-jenis Gong yang ada di Bali merupakan instrument kebudayaan Asia Tenggara yang tergolong kebudayaan Melayu Kuna. (Bandem I Made, 1986)

Berarti gamelan yang ada di bali sudah ada sejak jaman dulu, karena dengan bukti adanya prastasti Bebetin yang berangka tahun 896 Masehi. Dan gamelan Bali dipengaruhi pula oleh kebudayaan dari Jawa. Berarti gamelan yang ada di Bali ini tidak murni dari Bali saja, namun sudah adannya instrument-instrumen gamelan dari Jawa. Makanya gamelan di Bali dengan di Jawa hamper mirib. Hanya saja nada yang di lantunkan berdeda-beda. Bila di cermati Gamelan di Bali lebih cepat di Bandingkan Gamelan yang ada di Jawa.

2.2     Fungsi Gamelan Di Bali

          Ada  beberapa fungsi dari gamelan yang ada di Bali, diantaranya: berfungsi untuk mengiringi upacara keagamaan, hiburan, presentasi yang artistik, ( Bandem I Made. 1986:46). Dimana gamelan befungsi mengiri upacara yaitu gamelan mengiri upacara yang sedang di laksanakan. Dalam upacara Dewa Yajna  sudah pasti gamelan yang di pakai itu adalah Gong. Dan gong ini akan mengiringi jalannya pelaksaan upacara dengan berbai jenis tetabuhan, dan mengiringi tarian sakral yang di pentaskan pada saat upacara berlangsung. Dan dalam upacara Pitra Yajna  gamelan yang di gunakan itu adalah Angklung dan Gambang. Yang mengiri jalannya pelaksanaan upacara tersebut. Pada saat penguburan, pembakaran atau pada saat pengabenan. Dan fungsi gamelan sebagai hiburan, yaitu di adakannya pertunjukan gamelan, atau gamelan itu mengiringi tarian hiburan maka gamelan itu berfungsi sebagai hiburan karena dapat menghibur masyarakat. Dan sebagai presentasi artistik yaitu dengan mengadakan lomba-lomba guna menambah semangat serta wawasan dalam gamelan tabuh. Dan gamelan juga dapat befungsi sebagai pengiring sebuah tarian.

2.3      Jenis-Jenis Gamelan di Bali

          Banyak jenis gamelan yang di Bali yang di kelompokan ke dalam tiga kelompok, atau di golongan yaitu : gamelan tua, gamelan madya, dan gamelan baru.

Gamelan Tua, yaitu                      : Saron, Selonding Kayu, Gong Besi, Gong Luwang, Slonding Besi, Angklung Kalentang, Gender Wayang.

Gamelan Madya, yaitu    : Pengambuhan, Semarpagulingan, Pelegongan, Bebarongan, Joged Pingitan, Gong Gangsa jongkok, Babonangan, Rindik Gndrung.

Gamelan Baru, yang  yaitu       :      Pengarjaan, Gong kebyar, Pejangeran, Angklung bilah 7, Joged Bung-bung, Gong Suling. (Dokumentasi Tabuh-Tabuh Bali Klasik.2000:8)

2.3.1             Gamelan tua

2.3.1.1       Gamelan Gambang

Gamelan ini yang  sering di pergunakan pada waktu upacara Pitra Yajna ”ngaben” di Bali. Dan kadangkala di Daerah-daerah Karangasem gamelan Gambang dapat di pergunakan untuk mengikuti upacara lainnya. (Dokumentasi Tabuh-Tabuh Bali Klasik.2000)

2.3.1.2       Saron

Nama lain dari Gambelan Luang. Yang terdiri satu oktaf di pasang di atas resonator kayu yang di pukul dengan sebuah panggul seperti saron yang terdapat Gong Luang. . (Bandem Imade. 1986: 46).

2.3.1.3       Slonding Besi

Gamelan sacral yang terbuat dari besi yang hanya terdapat di Daerah Karangasem yaitu di Desa Tenganan Pegringsingsn dan di Desa Bongaya. Kata Slonding berasal dari kata Salon dan Ning yang berarti tempat suci. Dan dilihat dari fungsinya bahwa gamelan Slonding adalah sebuah gamelan yang dikeramatkan atau disucikan. (Bandem Imade. 1986: 53). Suara Salonding Sakral sebagai Suara Pranawa.Gambelan Salonding adalah gambelan Kuno yang paling sakral dalam melengkapi upacara keagamaan (Hindu) di Bali yang berlaras pelog Sapta Nada, contohnya seperti Selonding yang ada di Trunyan, di Bugbug, Tenganan, Ngis Selumbung , Timbrah, Asak, Bungaya, Besakih, Selat, Bantang dan lain-lainnya.  Dalam konteks Desa Adat Bugbug, Selonding (yang disimpan di dekat Pura Piit Bugbug) ini selalu mengiringi prosesi upacara besar di Pura-pura di Bugbug, seperti Usaba Sumbu dan rangkaian Usaba Gumang di Bukit Juru. Dan Para penabuhnyapun bukanlah orang  sembarangan. Dan Selonding merupakan gamelan Bali yang usianya lebih tua dari gamelan-gamelan yang kini populer dipakai dalam kesenian maupun dalam upacara adat dan agama. Dan kebesaran dari Jaman Bali kuno, sampai pada akhir abad XX ini gambelan Salonding itu tetap mendapat tempat yang paling sakral dalam upacara agama. : http://forum.isi-dps.ac.id.

Bahwa Gamelan Salonding dari masa ke masa, ternyata penggunaannya tidak pernah lepas dari kegiatan-kegiatan upacar  keagamaan masyarakat Bali, yang merupakan gamelan yang usianya tua dan di sakralkan. Karena tidak terdapat di semua Daerah yang ada di Bali, hanya terdapat di Daerah Karangasem.

2.3.1.4       Gambelan Gong Luwang

Gamelan sacral yang di pergunakan untuk mengiringi upacara kematian (ngaben). Di Bali masih ada beberapa gamelan Luwang yang masih aktif yaitu di Desa Apuan, Sesah (Singapadhu-Gianyar), Tangkas (Klungkung), Krobokan (Badung), Kasiut (Tabanan), dan Gelulung (Sekawati-Gianyar). Bentuk gamelan Luwang sama dengan gamelan Gong Kebyar, yang hanya terdiri dari 8 atau 9 dari 25-30 instrument gong Kebyar. Dan gamelan Luwang terdiri dari lagu-lagu  (gending-gending), seperti: Ginada, Pandji Marga, Lilit, Kebo Dungkul, Angklungan dan yang lainnya. (Bandem I Made, 1986 : 34)

2.3.1.5       Gambelan Angklung

Gamelan yang tergolong tua dan dipergunakan untuk mengiringi upacara upacara Ngaben. Nama angklung berasal dari angklung bambu sejenis instrument yang juga digunakan dalam barungan. Angklung mempunyai 4 bilah dan sekaligus mempunyai 4 nada. Dan ada pula jenis angklung yang mempergunakan 7 nada yang terdapat di Bali Utara, yang di sebebut dengan Gamelan tembang Kirang. Tembang kirang di samping untuk mengiringi upacar kematiaan juga di pergunakan untuk mengiringi tarian-tarian upacara seperti : Rejang dan Baris. (Bandem I Made. 1986 : 1). Gamelan aklung tergolong gamelan yang tua, dan bisa juga di katakana sacral karena memiliki fungsi yaitu mengiri upacara Pitra Yajna (ngaben). Dan hampir semua Daerah di Bali menggunakan gamelan Angklung untuk mengiri upacara kematian.

2.3.1.6       Gender Wayang

Adalah gamelan yang di pakai unutk mengiringi pertunjukan wayang kulit purwa di Bali. Gamelan gender wayang diklarifikasikan kedalam music golongan tua yang terdiri dari dua sampai empat buah gender, dengan memakai 10 bilah da berlaras slendro.  Dan jika untuk mengiringi wayang Wong, gender-gender tersebut di tambah dengan sepasang kendang, sebuah kempul, ceng-ceng, kajar, kelenang, dan beberapa alat pukulnya. Dan didalam  pertunjukan wayang kulit yang lengkap biasnya memakai kurang lebihnya 10 jenis motif gending. Dan ada pun jenis-jenis gending tersebut yaitu:

1        Petegak

Di dalam gending-gending petegak ini terdiri dari berjenis-jenis komposisi Kuna dan Baru : gending Sekati, Sekar Genota, Sekar Sungsang, dan lain-lain.

2                Pemungkah

Gending ini sangat panjang biasanya dari 45-60 menit dan terdiri dari bermacam-macam gending seperti : Gending Brayut, Tulang-Lindung, Jojor, Omang-omang. Pemungkah ini mengiringi dalang di dalam melakukan hal-hal seperti : pesembahyangan, pemungkah kropak, dalang memulai pertunjukan Wayang, dan dalang menaruh gunug di sebelqah kanan.

3               Petangkilan

Dalam pertunjukan lengkapa dengan dua gending yaitu : Arum dan Rundah.

4               Pengalang Ratu

Merupakan pendahuluan dan pengenalan masing-masing tokoh didalam pewayangan dan di pakai sebelum di alog di mulai.

5               Angkatan-angkatan

Gending yang bebrbentuk astinato dan  terdiri dari 8 ketut.

6               Rebong

Sebagai eksprisi romantic di dalam pewayangan, yang terdiri dari 2 yaitu tenang dan hidup.

7               Tangis

Dalam mengiri suasana sedih dan ada dua macam yaitu : Masem yaitu gending suasana sedih dan Bendhu Semara, yaitu untuk mengiri tokoh keras dan gagah.

8               Tunjang

Gending-gending ini berkarakter keras dan dipakai untuk mengiri para raksasa.

9               Banttel

Lagu ini berbentuk ostinato yang terdiri dari dua nada. Suasanya sangat bersemangat dan di pakai untuk mengiri adengan perang.

10           Panyudamala

Gending ini di mainkan setelah pertunjukan wayang, untuk pengeruwatan dan biasannya diawali dengan sebuah gending tabuh gari. (Bandem Imade. 1986: 19-21).

2.3.2         Gamelan Madya

2.3.2.1   Gamelan Gambuh

Sebuah gamelan untuk mengiringi drama tari Gambuh, dan merupakan sumber dari beberapa gamelan yang ada di Bali. Seperti nada, gambelan Gambuh masih terdengar pada gamelan-gamelan lainnya seperti : Smarpagulingan, gamelan Pelegongan, gamelan Bebarongan, gamelan Pearjaan, gamelan Gong Kebyar dan yang lainnya. Dan gending-gending pada Gambuh terdiri dari dua ko komposisi, yaitu pengawak dan pengecet. Gending-gending Alus di pakai pada pengawak, dan di ikuti dengan pengcet atau bentuk-bentuknya A dan B. Sedangkan gending-gending keras di mulai denfan pengecet, pengawak. Dan pengecet atau yang di sebut dengan bebatuaran pengadeng. (Bandem Imade. 1986:11). Gamelan gambuh ini bisa dilongkan sebagai hiburan karena di lihat dari fungsinya yaitu : untuk mengiringi beberapa macam Drama Tari. Karena Drama Tari itu sifatnya hiburan atau yang biasa di katakana sebagi pertunjukaan. Gamelan Gambuh ini juga memiliki peran yang sangat penting Drama Tari yang sedang dipentaskan. Karena gamelan Gmabuh ini sebagi music pengiring dari cerita, yang memperkuat alur cerita. Misalnya dalam Drama  Tari Pengarjaan atau Drama Gong. Apabila yang keluar itu Raja atau Putri, maka gamelannya akan berbeda dengan yang lainnya. Biasanya lebih lembut. Namun kalau yang keluar itu adalah Agung Buduh, maka gamelannya pun akan keras.

2.3.2.2  Semarpagulingan.

Adalah relasi untuk Raja-raja jaman dulu, teletak antara gamelan Gambuh dan Legong. Smarpegulingan di pakai untuk mengiringi Raja-raja sewaktu di peraduan yang juga mengiringi tari Legong dan Gandrung yang semula di lakuakan oleh abdi-abdi Raja. Gamelan Smarpegulingan memakai laras pelog 7 nada, terdiri dari 5 nada pokok dan 2 nada pemero. (Bandem Imade. 1986:52).

Kesamaan unsur-unsur gamelan  pegambuhan dengan gamelan smar pagulingan yang paling menonjol adalah kesamaan ini secara otomatis  menyangkut sebagian besar unsur musikal terutama unsur lagu , pola melodi dan ritme,dinamika juga pola permainan instrumen-instrumen pengatur matra dan instrumen-instrumen ritmis. Kesamaan yang lain adalah penggunaan sebagian besar instrumen ritmis  dan pengatur matra.  Beda penggunaan instrumen dalam gamelan smarpagulingan dengan gamelan pengambuhan hanya terletak pada instrumen-instrumen melodisnya. Kalau gamelan pengambuhan menggunakan suling besar, gamelan smarpagulingan menggunakan trompong dan keluarga gang ( saron yang digantung) sebagai instrumen melodis. Rebab yang dalam gamelan pengambuhan  sebagai pemegang melodi pokok bersama-sama suling, dalam gamelan smarpagulingan hanya untuk memperkaya dan memperpanjang durasi melodi. Pola permainan rebab dan suling dalam gamelan smar pagulingan telah mempunyai pola tersendiri dalam merealisasi melodi-melodi pokok yang dimainkan oleh trompong.

Trompong dan Gangsa sebagai instrumen melodis dalam gamelan Smarpagulingan dapat digunakan untuk memainkan hampir semua repertoar pengambuhan berikut dengan ragam patetnya. Trompong adalah instrumen bermoncol (masuk keluarga gong), yang ditempatkan berjejer mulai dari yang bernada  rendah hingga yang tertinggi. Dalam satu pangkon terdiri dari  14-16 moncol satu nada. Gamelan Smarpagulingan juga memiliki sistem pelarasan pelog tujuh nada ( saih pitu),ini berarti ada dua oktaf (gemyangan) nada dalam instrumen trompong tersebut.instrumen –instrumen keluarga gangsa mulai yang bernada terendah seperti jegogan,jublag,gangsa pemade,dan gangsa kantilan dalam satu pangkon hanya terdiri dari tujuh bila nada.

Kesamaan jenis, bentuk fisik, ukuran instrumen dan fungsi terhadap perangkatnya secara langsung menyebabkan cara memainkannya juga sama. Lain halnya dengan instrumen melodis pada gamelan Smarpagulingan sangat berbeda dengan instrumen melodis gamelan pengambuhan, yang ini tentu menyebabkan cara permainan instrumen yang berbeda pula. Kalau dalam gamelan pengambuhan instrumen melodis pokok dimainkan dengan cara ditiup,dalam gamelan Smar Pagulingan instrumen melodis pokok(trompong) dimainkan dengan cara dipukul dengan sepasang panggul (alat pemukul) .

Kesamaan bentuk musikal terutama repertuar lagu dan hubungkait antara gamelan Smarpegulingan dengan gambelan pegambuhan juga diperkuat oleh deskripsi yang terdapat dalam lontar Prakempa dan Aji Gurnita sebagai berikut:’’nyata gegambelan semar pegulingan ngaran semara aturu,gendingnya pegambuhan maka gegambelan barong singa’’(Dan itu gamelan semar pegulingan artingya atau bernama semara aturu,lagunya pegambuhan untuk mengiringi tari barong singa). gamelan semar pegulingan di Bali bukanlah gamelan khusus iringan tari tertentu. Gamelan semar pegulingan biasanya dimainkan sebagai musik protokoler pada upacara-upacara adat dan keagamaan selain itu tari barong singa.

Adanya kesamaan hampir semua repertuar lagu pegambuhan dengan gamelan semar pegulingan bukan berarti gamelan semar pegulingan tidak memiliki ciri musikal. Perbedaaan jenis, bentuk, bahan, dan tekhnik permainan instrumen-instrumen melodi Smarpegulingan menyebabkan lagu-lagu pegambuhan menyesuaikan diri dengan medianya yang baru.

Gamelann pegambuhan dan semar pegulingan sama-sama menganut sistem pelarasan pelog tujuh nada. Apabila gamelan pegambuhan mampu menurunkan lima macam patutan (patet). Kelima patet tersebut memiliki nama yang sama dengan tetekep yang ada pada gamelan pegambuhan yaitu patet slisir, tembung, sundaren, baro, dan patet lebeng. Prinsip patet kedua gamelan pada dasarnya sama, yaitu pada nada yang jumlahnya tujuh terbagi menjadi dua macam yaitu lima nada pokok dan dua nada pemero. Karakter masing-masing patet dalam gamelan Smarpegulingan kendatipun telah berbeda warna musikalnya dengan pegambuhan ternyata juga dapat menampilkan kesan yang serupa. Seperti misalnya patet slisir berkarakter halus,tembung berkarakter keras,dan patet sundaren berkarakter antara halus dan keras. www.smarpegulingan.com

Jadi banyaknya unsur kesamaan antara gamelan Smarpegulingan dan gamelan Pegambuhan menyebabkan gamelan Smarpegulingan ini juga sering digunakan untuk mengiringi drama tari Gambuh. Bila dari fungsinya antara Smarpagilingan dengan Gambuh, yaitu Gamelan yang ditujukan guna mengiri Drama Tari dalam Gamelan Pegambuhan dan untuk mengiringi Raja-raja dalam  Smarpagulingan. Makan di antar keduanya memilki kesamaan dan dapat pula Smarpagulingan di pakai mengiri Drama Tari, seperti saat  Raja keluar.    http://www.smarpagulingan.isi-dps.ac.id.

 

2.3.2.3       Pelegongan.

Gambelan pelegong yaitu salah barungan gamelan Bali yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian legong keraton. Gamelan ini memakai panca nada. Dan gamelan ini menyerupai Smarpagulingan dan Gambuh. Dan adapun gending-gending Lelegongan yang masih terpelihara, antaralain: Lasem, Pelayon, Candra Kanta, Kuntir, Kuntul, Jobog, Guak Macok, Legod Bawa, Tangis, Kupu-kupu Tarum, Brahmara, Semarandana, Gedung Melati, dan lagu-lagu lain seprti Gambangan.  (Bandem I Made. 1986:15)

Kesatuan barungan ini terdiri dari pada jumlah alat-alat yang mempnyai nama-nama tersendiri dan fungsi terhadap kesatuan barungannya. Jenis alat yang pernah dipakai atau samapai kini masih dipergunakan untuk menjadikan barungan gamelan pelegongan.

Gamelan pelegongan itu kalau dilihat bangun instrumennya kemudian bentuk-bentuk lagunya yang menunjukan ciri-ciri keasliannya ,maka dapatlah diyakinkan bahwa gamelan pelegongan itu tidak termasuk pada kelompok gamelan-gamelan jaman kono (gamelan tua) di Bali. Gamelan pelegongan itu baru ada setelah adanya gamelan semar pegulingan yang berlaras pelog tujuh nada.

Dengan majunya perkembangan yang diiringi dengan gamelan gong kebyar menyebabkan gamelan pelegongan itu tedesak sehingga banyak yang dilebur dijadikan gamelan gong kebyar. Tari-tarian yang diiringi dengan lagu-lagu gong kebyar sebagian besar dasar-dasar tariannya diambil dari legong yang suah ada sebelumnya. http://www.pelegongan.isi-dps.ac.id.

 

2.3.2.4       Bebarongan.

Pengikitut, tromping kecil atau gender kecil yang nadanya satu oktaf tinggi dari instrument yang mendahuluinya. (Bandem I Made. 1986:2). Gamelan Barong pada umumnya fungsinya untuk mengiri tarian Barong. Yang biasanya gamelan ini berisi cerita karena tarian barong ada yang bericita. Gamelan barong mengikuti cerita dari barong yang di tarikan. Pada saat perang maka gamelannya keras. (Bandem I Made. 1986:2).

2.3.2.5       Joged Pingitan.

Joged Pingitan adalah gamelan bamboo yang berlaras pelog di pergunakan untuk mengiringi tari Joged Pingitan atau gandrung. Gamelan joged pingitan sama dengan gamelan Gandrung. ( Bandem I Made. 1986 : 14,44 ). Jadi gamela Jogen Pingitan, yang ditarikan di pura atau tempat yang tertentu, dan bukan untuk hiburan seperti tarian Joged yang biasa.

2.3.2.6       Gong Gangsa jongkok.

Sebutan umum untuk instrument-instrumen seperti gender, giying, pemade, kantil, jublag, dan jegogan. Ada dua jenis gangsa yaitu gansa gantung(bilahnya di gantung) dan gangsa jongkok(bilahnya dipaku pada resonator). (Bandem I Made. 1986:17).

2.3.2.7       Babonangan.

Nama lainnya adalah ponggang atau babonangan, sebuah barungan yang terdiri dari beberapa instrument pukul yang memakai pencon, seperti reong, trompong, kajar, kempli, kempur, dan gong. Gamelan bonang memakai dua buah kendang yang dimainkan memakai panggul. Adapun repertoire dari gamelan bonang ini ialah sejenis lagu-lagu gilak, dimana trompong baik fungsi sebagai pembawa melodi, kendang sebagai pemurde irama, kajar, kempli, kempur, dan gong sebagai pemangku lagu sedangkan reong memainkan kotekan. Gamelan bonang dipakai untuk mengiringi pawai adat. (Bandem I Made. 1986:4).

2.3.2.8       Rindik Gandrung.

Rindik adalah gamelan bamboo yang berlaras pelog di pergunakan untuk mengiringi tari Gandrung atau Joged Pingitan. Dan Gandrung adalah Gamelan yang di pakai untuk mengiringi tarian Gandrung dimana gamelan ini sama bentuknya dengan Gamelan Joged Pingitan. ( Bandem I Made. 1986 : 14,44 ). Jadi gamelan Rindik Gandrung itu adalah gamelah yang di gunakan untuk mengiringi Tarian Gandrung atau Jogen Pingitan.

 

2.3.3             Gamelan Baru

2.3.3.1     Pengarjaan.

Gamelan yang di gunakan unutk mengiri Drama Tari Arja. Dimana Gamelan ini merib dengan Gambuh atau Smarpagulingan. Karena dalam pengarjaan itu adalah drama tari yang berisi cerita-cerita  tentang istana senteris.

2.3.3.2       Gong kebyar.

Sebuah barungan yang dipakai untuk mengiringi kebyar dan concert gamelan semata-mata tergolong music ciptaan baru. Kebyar timbul di singaraja sekitar tahun 1915, gong kebyar tak lain dari gong gede yang di hilangkan beberapa instrumennya, diantaranya ialah instrument trompong. Gangsa jongkok yang berbilah 5 dalam gong gede diubah menjadi gangsa gantung yang memakai 10 bilah. Cengceng yang terdiri dari 5-6 pangkon dalam gong gede, pada gong kebyar dipakai 1 pangkon saja. Kendang yang semula dimainkan dengan panggul kini diganti dengan tangan saja, sehingga berjenis-jenis perbendaharaan bunyi  kendang bisa di timbulkan. Gong kebyar menggunakan laras pelog 5nada, tetapi tiap-tiap instrument memakai 10-12 bilah. Bentuk lagu-lagu gong kebyar lebih bebas dari lagu-lagu klasik, kendatipun pada bagian-bagian tertentu masih di pergunakan hukum-hukum tabuh klasik seperti tabuh 2, tabuh 3, dan sebagainya.

2.3.3.3       Pejangeran.

Gamelan Janger memakai laras Selendro, dengan laras gender wayang yang di pakai. Sedangkan dari reportoirennya diambil lagu-lagu janger. Dimana memakai instrumennya mengguanakqan 2 buah tangguh gender wayang, 2 buah kendang krumpung, 2 -4 buah suling, 1 buah kajar, 1 buah tawa-tawa, 1 buah kelenang, 1 buah rebana, 1 buah pangkong ceng-ceng. ( Bandem I Made. 1986 : 14 ).  Gamelan golongan Baru yang dipakai untuk mengiringi tari Janger, adalah sebuah tarian sosial di Bali.

2.3.3.4       Joged Bung-bung.

Gamelan yang tergolong baru, yang di gunakan untuk mengiringi tarian Joged Bumbung. Suatu tarian sosial di Bali, di mana seoarang penari wanita menjawat seorang penonton unutk di ajak menari di panggung.

Gamelan Joged Bungbung disebut juga gamelan gerakan tangan, karena pokok-pokok instrumennya adalh Gerantang, yaitu gender yang terbuat dari bamboo, berbentuk bung-bung dan memakai laras slendro 5 nada. Larasnya serupa dengan laras gamelan gender wayang. ( Bandem I Made. 1986 : 5 )

2.3.3.5       Gong Suling.

Gamelan yang berisi barungan yang terdiri dari 30 buah suling, menirukan orkestrasi dari Gong Kebyar. Lagunya diambil dari reportoir Gong Kebyar dan dapt dipakai untuk mengiringi tari kebyar. Yang terdiri dari suling besar, menengah dan kecil, yang berfungsi sebagai jegogo, calung, pamade dan kantil dalam gamelan Gong Kebyar. ( Bandem I Made. 1986 : 25 )

2.3.4             Jenis-jenis gamelan yang lain.

2.3.4.1    Geguntangan.

Gamelan yang dipakai untuk mengiringi Dramatari Arja. Sesuai dengan bentuk Arja yang mengutamakan melo Drama dan tembang, maka gamelan yang mengiringi sangat lirih pula, sehingga tembang-tembang itu dapat di dengar jelas oleh penonton.

2.3.4.2       Gerantang

Gamelan yang tergolong baru yang digunakan untuk mengiringi tarian joget, suatu tarian sosial, dimana penari wanita menjawat seorang penonton untuk menari

2.3.4.3  Jegogan

Merupakan gender yang memakai nada yang terendah dalam gamelan. Ia memakai lima bilah yaitu ding, dong , deng, dung, dang. Jegogan dipukul dengan sebuah panggul yang dilapisi dengan karet. Didalam gamelan biasanya ada dua buah jegogan dan dibuat gumbang dan ngisep berfungsi sebagai pemangku lagu (Bandem.1986:27).

2.3.5        Bagian-bagian Gamelan

2.3.5.1   Ceng-ceng

Cymbala dengan ukuran yang berbeda-beda, seperti ceng-ceng besar, menengah, dan kecil. Pada gamelan gong Kebyar dan sejenisnya, ceng-ceng itu ditempelkan pada resonar yang dibuat dari kayu yang biasanya ada 3 sampai 4 pasang. Ceng-ceng berfungsi untuk mengikuti ritme kendang, sebagai pemurba irama dan mengatur dinamika lagu. (Bandem.1986:7).

2.3.5.2  Gangsa

Sebutan umum untuk instrument-intrumen seperti gender, giying, pemade, kantil, jublag, dan jegogan. Ada dua jenis gangsa yaitu gangsa gantung dan gangsa jongkok (Bandem.1986:17).

2.3.5.3  Gong

Sebutan umum dari berjenis-jenis gong dalam gamelan. Gong bentuknya bulat, dengan garis tengah dari 70 sampai 100cm dan dalam gamelan gong kuna atau gong kebyar ada dua jenis gong yaitu ageng (wadon) dan gong kecil (lanang). Gong dipergunakan untuk memberi prase akhir dari pada suatu lagu (Bandem.1986:22).

2.3.5.4   Kajar

Gong kecil yang memakai pencon berfungsi untuk memegang mantra pada gemelan Bali.

2.3.5.5  Kendang

Sebuah instrumen yang berbentuk bulat panjang dan memakai pakelit didalamnya. Kendang itu dibuat dari kayu nangka, jati, atau seseh yang dibungkus dengan kulit pada kedua ujung dan dicencang dengan jangat. Fungsi kendang dalam gamelan Bali sebagai pemurba irama, mengatur cepat lambatnya lagu.

2.3.5.6   Reyong

Deretan gong kecil diatas sebuah resonator kayu yang berjumlah 12. Reyong ini dimainkan oleh 4 orang dalam gamelan gong.

2.3.5.7   Suling

sebuah instrument tiup yang memakai 6 buah lubang nada, dan 1 lubang pemanis untuk menimbulkan bunyi.

2.3.5.8    Terompong

Deretan gong-gong kecil diatas resonator kayu yang biasa terdiri dari 10-14 buah gong, seperti yang terlihat dalam gamelan gong. Dan terompong berfungsi membawa lagu.

2.4.1  Bentuk-bentuk Gamelan

III.  PENUTUP

3.1     Simpulan

Dari materi diatas dapat kami simpulkan bahwa, gamelan yang ada di Bali, memiliki beberapa fungsi diantaranya : sebagai pengiring upacara ke agamaan, mengiri tarian-tarian yang ada di Bali tarian yang sacral maupaun tarian yang sifatnya hiburan, dan berfungsi sebagai hiburan karena dapat di tontonkan. Dan gamelan di Bali juga  dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu gamelan tua, gamelan madya, dan gamelan baru. Karena dari beberapa gamelan yang ada di Bali ada yang bersifat sakral yaitu Gamelan Slonding yang ada di Karangasem.  Gamelan Tua, yang trdiri dari,  Saron, Selonding Kayu, Gong Besi, Gong Luwang, Slonding Besi, Angklung Kalentang, Gender Wayang. Gamelan Madya yang terdiri dari : Pengambuhan, Semarpagulingan, Pelegongan, Bebarongan, Joged Pingitan, Gong Gangsa jongkok, Babonangan, Rindik Gndrung. Dan Gamelan Baru, yang  terdiri dari  :                       Pengarjaan, Gong kebyar, Pejangeran, Angklung bilah 7, Joged Bung-bung, Gong Suling. Dari beberapa gamelan yang ada di Bali ada yang bersifat sakral yaitu Gamelan Slonding yang ada di Karangasem.

DAFTAR PUSTAKA

Bandem, I Made. 1986. Gamelanan Bali.  Denpasar : Bali Post.

…….. ……. Tabuh-tabuh Bali Klasik. Denpasar : Pendokumentasian Kantor Kebudayaan Propensi Bali.

~ Article view : [6124]