Lahir Melik Dalam Hindu

10223

Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND

“Melik” merupakan istilah yang sering didengar di lingkungan masyarakat Bali. Melik adalah suatu anugrah pada saat kelahiran anak yang teramat besar dari Ida Sang Hyang Widhi. Dalam Lontar Purwa Gama disebutkan bahwa Anak yang memiliki melik mempunyai rerajahan sejak lahir yang dapat menimbulkan kematian, sehingga diperlukan upacara pebayuhan otonan melik pada si anak untuk menetralisir kekuatan tersebut dan selalu ingat dalam melaksanakan suci laksana untuk mempertahankan dan meningkatkan kesucian diri.

Rerajahan yang terdapat pada orang melik biasanya terdapat di telapak tangan, dijidat atau di bagian tubuh tertentu selain itu juga bisa terdapat tanda senjata terkadang terdapat salah satu dari sembilan senjata pengider bhuwana tergantung tugas yang diemban sang anak lahir ke dunia, dengan rerajahan senjata para dewa seperti:

  1. Bajra
  2. Gada
  3. Nagapasa
  4. Cakra
  5. Dupa
  6. Angkus
  7. Trisula
  8. Moksala
  9. Api dan Angin

Tentu jika ingin melihat tanda-tanda berupa sejata diatas pada orang melik tidak dapat dilihat dengan kasat mata/ mata orang biasa. Melik atau tidaknya seseorang biasanya diketahui setelah matetuun atau mepinunas pada sulinggih atau balian. Orang yang melik mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang biasa pada umumnya.
Ia disenangi semua golongan roh halus, baik itu roh yang bersifat negatif (butha) juga para dewa-dewi. 

Ciri-ciri Anak Melik

Kelahiran “melik” terlihat dari tanda-tanda di tubuhnya, antara lain :
1. Ketika lahir, badannya dililit tali plasenta beberapa kali putaran. Kelahiran seperti ini sangat jarang terjadi, dan kalau ada, kebanyakan mati beberapa saat sebelum keluar dari rahim ibunya.
2. Ketika tumbuh berumur +/- 2 tahun, rambut di kepalanya kusut (sempuut). Walau digundul, tumbuhnya sempuut lagi.
3. Kepalanya mempunyai pusaran (usehan) 3 atau lebih
4. Lidahnya poleng (ada warna hitam/coklat)
5. Ada tahi lalat besar (maaf) di kemaluannya

Semakin cepat seseorang mengetahui dirinya memelik maka semakin bagus sehingga akan segera dibuatkan upacara penebusan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk dari memelik.

Jika tidak mendapat banten penebusan maka biasanya orang yang memelik sesuai dengan kelahirannya ada yang diambil pada saat baru bisa berjalan, ketika baru menikah dalam upacara pawiwahan, dan ada juga pada saat baru mempunyai anak. Dengan pebayuhan melik akan dinetralisir kekurangan yang ada dalam dirinya (menghilangkan apes pengaruh melik). Supaya semua kekuatan bersinergi, agar dapat keseimbangan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

 

Merawat Anak Melik

Orang yang melik sesungguhnya sangat beruntung. Dalam urusan spiritual, secara alami sudah jauh lebih maju dibandingkan orang-orang biasa. Ibarat dari lahir memang dipersiapkan untuk memasuki alam-alam suci para Ista Dewata atau mencapai Moksha. Dengan tekun saja membina diri, menjaga diri dan tidak melakukan kesalahan fatal, sampai waktu kematian menjemput, maka sangat mungkin dapat memasuki alam-alam suci para Ista Dewata atau mencapai Moksha. Berbeda dengan orang-orang biasa yang harus berjuang keras.

Anak melik biasanya “kerinyi” (bahasa Indonesia : sensitif, mudah tersinggung, mudah marah, dll). Jadi ia perlu diperlakukan beda, misalnya kamar tidurnya harus selalu bersih dan suci, ada pelangkiran diatas hulu tidurnya. Ia perlu sering-sering melukat ke Gerya, makanannya di jaga agar selalu memakan makanan yang satwika (makanan bersifat kebaikan/sehat). Banyak bergaul dengan orang-orang suci, karena dia merasa dekat dengannya. Kalau makin dewasa, berikan pelajaran agama yang intensif, panggilkan guru agama kerumah untuk les, dan berikan pelajaran spiritual secara bertahap. Nanti ia akan berumur panjang dan menjadi orang suci, karena atman (roh) nya sudah dalam kondisi siap menerima lanjutan kemampuan supranatural.

 

sumber: inputbali, sejarahharirayahindu

~ Article view : [6209]