Panduan rinkas mebanten [ bab 3 ]

5742

Mohon support WEB Sastra Bali dengan mensubscribe channel youtube ORGANIC MIND

Bab 3 WAKTU YANG TEPAT UNTUK MEBANTEN

Kegiatan kita melaksanakan mebanten di lingkungan masing-masing sebagai jagadhita dharma, akan lebih baik jika dilaksanakan sesuai dengan putaran waktunya yang juga tepat dan terbaik.

KE ALAM-ALAM SUCI [SVAH LOKA]

Jika kita hendak menghaturkan canang ataupun persembahan lain- lainnya ke alam-alam suci, seperti misalnya banten tipat dampulan, dsb-nya, putaran waktunya yang terbaik adalah dilakukan pada pagi hari. Di pagi hari merupakan waktu yang tepat bagi kita memberikan persembahan ke swah loka atau alam-alam suci. Ini merupakan kegiatan utpetti atau menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan bagi kehidupan dan alam semesta. Kalau seandainya di pagi hari kita sangat penuh dengan kesibukan rutinitas kerja, kita boleh bangun lebih awal pada dini hari sebelum matahari terbit untuk mebanten, sehingga tidak mengganggu kegiatan harian kita.
Kemudian kita lanjutkan dengan kegiatan sehari-hari kita. Yang mana ini merupakan kegiatan stiti atau memelihara kehidupan dengan baik.

KE ALAM-ALAM BAWAH [BHUR LOKA]

Jika kita hendak memberikan persembahan segehan ke bhur loka atau alam-alam bawah, putaran waktunya yang terbaik adalah di sore hari [pada sandhikala, saat matahari terbenam]. Ini merupakan kegiatan pralina atau melebur hal-hal yang buruk yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari manusia. Kalau seandainya saat sandhikala kita masih bergelut dengan rutinitas kerja, kita boleh mesegeh pada malam hari.
Putaran waktu yang baik ini berlaku untuk semua jenis segehan, maupun bentuk-bentuk persembahan lainnya ke alam-alam bawah. Kecuali tentu saja tidak berlaku untuk segehan saiban atau sajen kecil setiap habis memasak. Karena segehan saiban waktunya adalah kita haturkan adalah pada setiap kali selesai memasak.

PERSEMBAHAN KE ALAM TENGAH [BWAH LOKA] ATAU KEPADA SESAMA MAHLUK SEKALA

Persembahan kita akan sangat lengkap, terang dan suci kalau kita memberikan persembahan secara lengkap kepada ketiga dimensi alam, yaitu bhur, bwah, swah. Artinya hendaknya pada tengah-tengah hari kita juga mengisi kehidupan dengan memberikan persembahan ke bwah loka, yaitu alam tengah atau alam marcapada. Caranya adalah dengan sikap belas kasih dan kebaikan kepada sesama manusia dan sesama mahluk. Ini merupakan kegiatan stiti atau memelihara kehidupan dengan baik.
Atau setidaknya cukup kita dengan pengendalian diri untuk tidak menyakiti. Dengan tidak marah dan benci kita lebih sedikit melukai hati dan perasaan mahluk lain. Dengan sikap rendah hati kita bisa menghargai dan menghormati orang lain. Dengan tidak serakah kita lebih sedikit membuat orang lain menderita. Tidak membalas bentakan orang tua, tidak marah pada suami-istri yang marah, tidak menyakiti anak yang nakal, tidak melawan pada yang merendahkan kita, dsb-nya, itu semua sudah mengurangi penderitaan orang lain. Itulah bentuk persembahan ke bwah loka, yaitu alam tengah atau alam marcapada.

~ Article view : [2760]