Ilmu Wariga
ilmu Wariga adalah ilmu astronomi asli bali merupakan istilah yang paling umum diperhatikan oleh umat hindu khususnya di bali bila ingin mencapai kesempurnaan dan keberhasilan.
ilmu wariga merupakan ilmu astronomi dari bali, salah satu cabang ilmu agama yang dihubungkan dengan ilmu astronomi atau “Jyotisa Sastra” sebagai salah satu wedangga.
Hindu memandang bahwa kehidupan ini dipengaruh oleh proses peredaran bumi dan planet-planet (tata surya)
Walaupun ilmu wariga tersebut sebagai salah satu cabang ilmu weda, namun pendalamannya tidak banyak diketahui kecuali untuk tujuan praktis pegangan oleh para pendeta dalam memberikan petunjuk baik buruknya hari dalam hubungannya untuk melakukan usaha agar supaya berhasil dengan mengingat hari atau waktu dalam sistim sradha hindu yang dipengaruhi oleh unsur kekuatan tertentu dan planet-planet itu.
Lontar yang berkaitan dengan ilmu wariga diantaranya Wariga Gemet, Wariga Krimping, Wariga, Wariga Parerasian, Wariga Palalawangan, Purwaka Wariga dan Lontar wariga lainnya
Pengertian Wariga
ilmu Wariga menurut I Ketut Bangbang Gde Rawi
menyebutkan kata “Wariga” adalah asal kata dari wara dan ika.
» Wara artinya hari
» Ika artinya itu
Kata “Ika” disamakan dengan “iga”
“Jadi Wariga adalah suatu ilmu yang menguraikan tentang persoalan hari-hari baik dan hari-hari yang buruk bagi suatu pekerjaan yang akan dimulai yang disebut juga perhitungan hala hayuning dewasa”.
ilmu Wariga menurut Ida Pedanda Oka Telaga Sawang
Menjelaskan kata “wariga” itu tidak perlu diuraikan,
kata wariga itu adalah memang kata dasar yang artinya suatu ilmu tentang hari baik dan buruk untuk melaksanakan yadnya bagi umat Hindu di Bali.
ilmu Wariga menurut I Ketut Guweng
Menyampaikan kata “wariga” dapat diperkirakan berasal dari kata wara + i + ga
» Wara berarti mulia (sempurna)
» I berarti menuju (mengarah)
» Ga berarti jalan
Jadi kata “wariga” berarti jalan menuju yang mulia.
Warta Hindu Dharma menguraikan ilmu Wariga sebagai berikut:
» Wara = yang mulia
» I = menuju
» ga = jalan
Jadi kata wariga sebenarnya selaku petunjuk jalan untuk mencapai yang mulia (berbahagia)
ilmu Wariga menurut kamus Bali – Indonesia
dijelaskan bahwa kata wariga berarti ilmu tentang perhitungan baik buruknya hari
ilmu Wariga menurut Ida Bagus Namayudha
mengatakan bahwa wariga berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata:
» wara = terpilih, terbaik, unggul
» I = ke atau menuju (I adalah kata depan dari preposisi)
» ga = jalan atau pergi
Jadi kata wariga berarti jalan atau pergi menuju yang terbaik. Yang dimaksudkan adalah perhitungan hari sebagai petunjuk jalan untuk menuju atau mencapai yang terbaik (mulia) yaitu Moksartham jagadhitaya ca iti dharmah.
ilmu Wariga menurut lontar Keputusan Sunari
mengatakan bahwa kata wariga berasal dari dua kata, yaitu
» wara yang berarti puncak/istimewa
» ga yang berarti terang.
Sebagai penjelasan dikemukakan
“….iki uttamaning pati lawan urip, manemu marga wakasing apadadang, ike tegesing wariga”.
dari penjelasan ini jelas bahwa yang dimaksud dengan wariga adalah jalan untuk mendapatkan ke’terang’an dalam usaha untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan hidup matinya hari.
menurut lontar wariga gemet
Petikan :
“ika pawaking sang wiku, wruning wariga gemet, wa, ng, aphadang, ri, nga, tungtung. ga, nga, carira. Ika carira, tanpa carira, nga. Tan padwe budhi, hala hayu, Wwang ring kasaman tasak ring padhartta, dhiksita, blahaning hango budhi”.
Artinya :
Itu bagikan badan sang pandita, yang mengetahui tentang wariga gemet. Wa adalah terang. Ri adalah ujung/puncak. Ga adalah badan. Itu adalah badan yang tidak berwujud, namanya. Tidak mempunyai budhi, buruk baik. Orang yang demikian adalah mateng dalam kebijaksanaan.
Jadi arti kata “wariga” adalah
ujung atau / puncak badan terang. Maksudnya adalah dapat mencapai sinar suci dalam diri sendiri yaitu Hyang Widhi Wasa
Selain itu ada pula yang mengatakan wariga berasal dari kata wara yang berarti hari, dina, raina dan kata iga yang berarti itu, jadi wariga diartikan sebagai suatu ilmu yang menguraikan tentang hari-hari yang baik dan hari-hari yang buruk untuk melaksanakan suatu yadnya, upacara atau suatu pekerjaan.
Hal ini disebut juga dengan Ala – ayuning Dewasa.
ilmu wariga berfungsi untuk menuntun umat Hindu untuk mempergunakan waktu dengan sebaik-sebaiknya. Hampir seluruh kegiatan dipengaruhi oleh waktu. Semua kegiatan pekerjaan, upacara, yadnya tiada lepas dari wariga padewasan, waktu atau dauh. Di Bali beberapa lontar yang memuat tentang wariga antara lain ; Dharma Sastra, Surya Sidhanta, Swa Mandala, Pustaka Raja Purwa, Galagah Puhun, Sundhari Ghama dan sebagainya
Ketentuan atau dasar hukum ilmu wariga termuat dalam Lontar Wariga Gemet sebagai berikut:
Wewaran halah dening wuku
Wuku halah dening tanggal/Panglon
Penanggal/Panglong halah dening sasih
Sasih halah dening dawuh
Dawuh halah den hning, wetunya Sanghyang Tridasa Saksi
Maksud dari ketentuan diatas bahwa akhirnya semua dapat diatasi dengan 13 kekuatan atau manifestasi Tuhan (kesucian bhatin yang merupakan perwujudan Tridasasakti yang disebut juga Sanghyang Trayodasha sakti : Aditya (matahari), Candra (bulan), Anila, Agni (api), apah (cair), Akasa (ruang/langit), Pretiwi (padat/bumi), Atma, Yama (sabdha), Ahas (rahina), Ratri (wengi), Sandhya (sanja), Dwaya (semeng)
sehingga dapat disebutkan bahwa, yang berperan dalam warida adalah:
pertama manah hning
ke dua dalam wariga adalah dawuh
ke tiga adalah sasih,
ke empat adalah tanggal/panglong
ke lima adalah perhitungan wuku
ke enam adalah wewaran.
dari ilmu wariga dapat ditentukan dauh ayu atau Padewasan, yang dapat dibedakan menjadi :
» Untuk kepentingan sehari-hari; cukup dengan perhitungan hari dan pawukon saja
» Untuk kepentingan jangka lama/berkala; seperti di atas ditambah perhitungan baik buruknya tanggal/panglong, sasih bahkan dawuh
» Untuk padewasan berkala sebaiknya mohon pada Sulinggih atau yang bekompeten untuk itu.
Untuk susksesnya suatu pekerjaan sangat tergantung dari kesepakatan dari Sang Tri Manggalaning Yadnya yaitu:
» Sang Yajamana : orang yang beryadnya
» Sang Widya : penyelenggara (tukang/Serati)
» Sang Sadaka : Sang Sulinggih yang akan menyelesaikan (muput)
Sumber : umaseh.com
~ Article view : [11830]